Boleh dibilang, jika semua berjalan lancar, bermain di Eropa bukan mimpi kosong. Tapi, berhubung tenaganya masih dibutuhkan Timnas Indonesia di Piala Asia U-20 dan Piala Dunia U-20 (jika tidak dipanggil juga ke Timnas senior di Piala Asia 2023), Marselino baru akan bergabung di musim panas 2023.
Tapi, pemain kreatif ini juga perlu mewaspadai rekam jejak pemain muda Indonesia di Belgia. Seperti diketahui, beberapa tahun lalu, Liga Belgia pernah beberapa kali kedatangan pemain muda asal Indonesia.
Ada alumnus proyek SAD Uruguay macam Alfin Tuasalamony, Manahati Lestusen dan Syamsir Alam yang sempat dikontrak CS Vise (sudah bangkrut tahun 2014) dan Firza Andika (kini di Persija Jakarta) yang sempat dikontrak AFC Tubize.
Meski sama-sama berprospek cerah di awal, mereka akhirnya pulang ke Indonesia, segera setelah kontrak selesai, umumnya karena kesulitan tampil reguler atau kangen dengan negara asal.
Inilah masalah umum yang perlu diwaspadai Marselino, jika ingin terus mengembangkan talenta besarnya, dan menjaga kesempatan naik level ke kompetisi level top.
Menariknya, selain Marselino Ferdinan, ada satu lagi pemain muda Bajul Ijo yang juga berpeluang ke Eropa, yakni Alta Ballah. Pemain blasteran Indonesia-Liberia ini ditaksir CD Llosentese, klub kasta keempat Liga Spanyol dan berpeluang dikontrak selama 6 bulan.
Meski beritanya tidak seheboh Marselino, prospek Alta bermain di Spanyol memang bukan kejutan besar. Maklum, pada bulan Juli 2022 lalu, putra Anthony Jommah Ballah (eks pemain Arema dan Persita Tangerang asal Liberia) ini sempat trial di Real Murcia, Alicante, dan Valencia.
Hanya saja, karena masih berharap memperkuat Timnas Indonesia, pemain kelahiran tahun 2000 ini memutuskan kembali ke Persebaya, sebelum akhirnya kesempatan dari CD Llosentese datang.
Dengan posisi Marselino dan Alta Ballah sebagai pemain inti, kepindahan mereka tentu akan jadi PR tersendiri buat The Green Force, karena mereka perlu segera bergegas menemukan pengganti sepadan.
Ini sulit, tapi sikap suportif mereka pada pemain yang berkesempatan naik level sangat layak diapresiasi, karena berani lebih mengedepankan progres karier pemain, ketimbang memaksa mereka bermain sampai mentok di liga yang masih serba semrawut.
Tak masalah sekalipun harus bermain di klub kasta bawah Eropa, yang penting mereka bisa mendapat latihan rutin, lengkap dengan program latihan sesuai standar atlet, di kompetisi yang sudah baik tata kelolanya.