Bursa Ketum PSSI menghadirkan sejumlah nama kandidat. Salah satunya Erick Thohir, pebisnis yang juga Menteri BUMN.
Diantara kandidat yang maju, profilnya mungkin jadi yang paling mentereng, karena punya jejaring internasional cukup luas, lengkap dengan pengalaman di klub Indonesia.
Seperti diketahui, bos Mahaka Group ini pernah menjadi pemilik saham mayoritas klub Inter Milan (Italia), dan menjadi investor DC United (MLS) dan masih menjadi salah satu investor Persis Solo (klub Liga 1) dan Oxford United (klub kasta bawah Liga Inggris).
Semasa di Inter, Erick juga menjembatani hubungan kerjasama La Beneamata bersama Persib Bandung, dengan mendatangkan Javier Zanetti (Wapres dan legenda Inter) ke Indonesia.
Berangkat dari situ, wajar jika banyak pihak yang mendukungnya. Tapi, kalau dilihat lagi, ini adalah satu bentuk sinergi antara FIFA dan Pemerintah Indonesia, khususnya dalam upaya mewujudkan transformasi sepak bola nasional pasca Tragedi Kanjuruhan.
Terbukti, langkah pencalonan ini direstui Presiden Jokowi (selaku atasan Menteri BUMN) dan tidak dipermasalahkan FIFA.
Kebetulan, pasca Tragedi Kanjuruhan, Erick Thohir sempat diutus pemerintah Indonesia untuk melobi FIFA, dan upaya ini sukses membuat Indonesia lolos dari sanksi FIFA.
Berkat lobi ini juga, FIFA menetapkan rencana kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan AFC, untuk mewujudkan transformasi sepak bola nasional.
Induk sepak bola dunia ini juga akan berkantor di Indonesia, demi mengawal proses transformasi sepak bola nasional dan memastikan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 berlangsung lancar.
Dengan melihat latar belakang dan situasi inilah, kehadiran Erick Thohir dalam bursa  Ketum PSSI menjadi satu wujud sinergi yang sedang coba dibangun pemerintah dan FIFA.