Itu secara kasat mata, kalau dilihat lebih teliti, ini adalah satu cara tambal sulam. Kalau kualitas sepak bola nasional memang bagus, pencarian pemain-pemain naturalisasi atau keturunan tidak akan gencar dilakukan.
Tidak perlu repot-repot melobi langsung si pemain dan keluarganya, mereka akan datang sendiri. Seperti sering kita lihat di tim nasional Prancis, Jerman atau Belanda.
Maka, ketika ada narasi-narasi terlalu optimis tapi lupa diri, seperti yang sering kita lihat di media, maka kekalahan adalah medium penyadaran yang bagus.
Kesadaran seperti inilah yang seharusnya perlu lebih dibiasakan. Media kerap membuat "hype" berlebihan, tapi realitanya masih jauh panggang dari api.
Sayang, kesadaran positif di kalangan pecinta sepak bola nasional ini bisa jadi percuma, sepanjang tak ada pembaruan pola pikir dan personel di kepengurusan PSSI, selaku induk sepak bola nasional.
Selama sistem dan kekurangan yang ada tidak dibenahi, mungkin momen pahit seperti kekalahan di Hanoi masih akan rutin terulang. Seperti sajian segelas kopi hitam tanpa gula di pagi hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H