Pemberitaan dan perdebatan soal siapa yang lebih baik dari keduanya memang mampu membuat sepak bola lebih semarak. Tapi, ini menjadi satu bumbu yang agak toksik, karena menghadirkan beragam bias perspektif yang membuatnya kurang bisa dinikmati.
Padahal, mereka adalah tipikal pemain yang sangat langka. Hanya ada sedikit sekali di satu generasi.
Memang, di era terkini, sudah ada perbandingan serupa pada Kylian Mbappe dan Erling Haaland. Keduanya memang sama-sama subur dalam mencetak gol.
Tapi, membandingkan seorang pemenang Piala Dunia 2018 dan Topskor Piala Dunia 2022 dengan seorang yang belum pernah bermain di Piala Dunia jelas tidak proporsional. Ini hanya mengulang kesalahan serupa pada kasus Messi-CR7.
Memang, Haaland masih punya potensi untuk bersinar di Timnas Norwegia, tapi rivalitas semu yang ada justru akan membuat aksi keduanya kurang bisa dinikmati.
Maka, sudah seharusnya tidak perlu ada perbandingan serupa, karena hanya akan menghadirkan persaingan semu di tengah makin kompetitifnya sepak bola era kekinian.
Rivalitas memang biasa jadi bumbu penyedap di sepak bola. Tapi, sebuah rivalitas semu dan tak proporsional hanya sebuah bumbu yang akan merusak rasa lezat yang seharusnya bisa dinikmati setiap pecinta sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H