Masih ada nama-nama gelandang "mahal" seperti Jude Bellingham (Borussia Dortmund) dan Enzo Fernandez (Benfica) lengkap dengan alternatif seperti Sofyan Amrabat (Fiorentina) dan Moises Caicedo (Brighton) yang secara harga lebih terjangkau, dengan kualitas tak kalah oke.
Kalau melihat kebiasaan Liverpool, khususnya di era Juergen Klopp, belanja di musim dingin, apalagi secara besar-besaran, jelas bukan satu kebiasaan rutin.
Tapi, kalau itu dilakukan, ada perubahan atau perbaikan mendasar yang ingin coba dilakukan. Sebelum Diaz dan Gakpo, transfer mahal semacam ini hanya terjadi saat Virgil Van Dijk datang dari Southampton, pertengahan musim 2017-2018. Sebuah transfer yang terbukti berdampak fundamental buat tim.
Soal perubahan dan perbaikan, itu memang jadi satu urgensi musim ini, seiring mulai menuanya bintang di tim, macam Jordan Henderson, Thiago Alcantara dan Virgil Van Dijk.
Ditambah munculnya masalah cedera dan penurunan performa, perubahan yang coba dihadirkan memang terlihat. Tapi, prosesnya berjalan perlahan. Satu per satu, bukan sekaligus.
Menariknya, perubahan yang ada tidak hanya diupayakan dari belanja pemain mahal, tapi juga melibatkan pemain muda. Prosesnya pun perlahan, satu per satu.
Setelah sebelumnya sukses mengorbitkan Trent Alexander-Arnold dan Harvey Elliott, ditambah pengalaman sukses semasa melatih Borussia Dortmund, Juergen Klopp mulai melibatkan Stefan Bajcetic di tim utama. Pemain berusia 18 tahun itu bahkan sudah mencetak gol, saat The Reds menang 3-1 atas Aston Villa di laga "Boxing Day" Liga Inggris, Selasa (27/12, dinihari WIB)
Jika pemain berpaspor Serbia-Spanyol itu mampu berkembang lebih jauh, rasanya Liverpool akan menemukan solusi jangka panjang di lini tengah, tanpa harus repot-repot menggelontorkan banyak dana di bursa transfer. Kalaupun ada tambahan pemain tengah, jumlahnya mungkin hanya 1-2 pemain.
Memang, perbaikan jadi satu usaha yang coba dilakukan kubu Anfield, untuk coba memperbaiki keadaan musim ini. Tapi, Â perbaikan ini juga memikirkan rencana jangka panjang tim.
Sebuah pendekatan yang menarik, karena tidak hanya berpikir soal prestasi, tapi juga aspek keberlanjutan dari tim olahraga itu sendiri.
Di sini, proses sekali lagi ambil bagian, karena hasilnya tak bisa langsung dirasakan. Tapi, ketika itu sudah berbuah, hasilnya benar-benar nyata.