Masih di Argentina, setelah Dybala dan sebelum Almada, ada juga nama Alexis Messidoro, yang bahkan mendapat julukan "Messi dari Boca", karena cukup mencuri perhatian saat memperkuat tim muda Boca Juniors. Kini, ia bermain di Liga 1 Indonesia bersama Persis Solo.
Tapi, seperti halnya label "The New Maradona" di masa lalu, label "The New Messi" atau sejenisnya menghadirkan dimensi yang cukup kompleks. Pada beberapa aspek, levelnya bahkan lebih rumit.
Penyebabnya, dalam hal prestasi di tim nasional, torehan La Pulga terbilang komplet. Selain meraih Piala Dunia junior dan senior seperti El Pibe De Oro, capaian bersejarah itu juga dilengkapi dengan medali emas Olimpiade 2008, Copa America 2021, dan Finalissima (sebelumnya Piala Konfederasi) 2022.
Itu masih belum termasuk torehan individu berupa sepasang Bola Emas Piala Dunia (yang jadi rekor turnamen), dua Bola Emas Copa America dan satu Sepatu Emas Copa America. Jangan lupa, Messi adalah pencetak gol terbanyak (98 gol) dan penampil terbanyak (172 caps) Tim Tango.
Itu baru di La Albiceleste, belum di level klub yang prestasinya seabrek, termasuk torehan 4 gelar Liga Champions dan 7 Ballon D'Or.
Dengan catatan prestasi seperti itu, kita sudah bisa melihat, bagaimana standar  yang ditinggalkan sang legenda, jika kelak pensiun. Bukan hanya tinggi, standar itu juga kompleks.
Saya menyebut demikian, karena selain membutuhkan kemampuan individu dan etos kerja di atas rata-rata, ada konsistensi jangka panjang dan pengaturan prioritas yang tak boleh terlupakan.
Soal pengaturan prioritas, mungkin terlihat remeh. Tapi, ini terbukti jadi kunci di balik sinar terang sang megabintang di Qatar, meski usianya sudah 35 tahun.
Seperti diketahui, Messi terpaksa hengkang ke PSG tahun 2021 akibat krisis keuangan di Barcelona. Sebagian pihak mungkin menganggap Si Kutu main aman, karena PSG dominan di Prancis dan rutin lolos ke Liga Champions.
Sebuah keputusan yang sempat jadi sorotan, terutama oleh fans berat Cristiano Ronaldo, rival lamanya, yang pada saat bersamamu memilih kembali ke Manchester United, Â dan bermain di Liga Inggris.
Tapi, disinilah kecerdasan La Pulga berbicara. Ia tak hanya memikirkan karier dan gaji di klub, tapi juga tim nasional.