Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Panggung Pertunjukan Kiper Spesialis Penalti

7 Desember 2022   11:13 Diperbarui: 7 Desember 2022   11:30 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yassine Bounou (Maroko) dan Dominik Livakovic (Kroasia) (Sportskeeda)

Piala Dunia 2022 menghadirkan banyak sorotan, mulai dari catatan statistik, rekor sampai performa. Berkat kemajuan teknologi, semua yang terjadi di lapangan hijau tak luput dari perhatian.

Dari sekian banyak sorotan yang hadir di Qatar, kehadiran kiper spesialis penalti menjadi satu sorotan menarik, karena ada yang mampu menggagalkan tendangan penalti sampai tiga kali, bahkan tak kebobolan di babak adu penalti.

Di fase grup, ada nama Guillermo Ochoa (Meksiko) dan Wojciech Szczesny (Polandia) yang mampu menggagalkan tendangan 12 pas pemain lawan. Ochoa (37) mampu menggagalkan eksekusi Robert Lewandowski di partai melawan Polandia yang berakhir imbang 0-0.

Sementara itu Szczesny (32) melakukannya dua kali beruntun. Pertama, saat menggagalkan tendangan penalti Salem Al-Dawsari (Arab Saudi), dan kedua (yang paling banyak disorot) sepakan Lionel Messi sang kapten Argentina.

Sayangnya, kedua kiper berpengalaman ini harus mengalami nasib berbeda. Szczesny mampu membantu Polandia lolos ke babak perdelapan final (sebelum akhirnya dikalahkan juara bertahan Prancis 3-1).

Sementara itu, Ochoa harus pulang lebih awal karena Meksiko tersingkir di fase grup. Meski mengantongi 4 poin seperti Polandia, El Tri tersingkir karena kalah selisih gol.

Wojciech Szczesny (Polandia) dan Guillermo Ochoa (Meksiko) (Marca.com)
Wojciech Szczesny (Polandia) dan Guillermo Ochoa (Meksiko) (Marca.com)
Selepas fase grup, babak perdelapan final juga menghadirkan kiper kiper spesialis penalti dalam diri Dominik Livakovic (Kroasia) dan Yassine Bounou (Maroko). Secara luar biasa, keduanya sukses membantu negara masing-masing lolos ke babak perempat final lewat babak tos-tosan.
Livakovic menggagalkan tiga tendangan penalti Jepang, dan membantu Vatreni lolos dengan kemenangan 3-1, setelah skor imbang 1-1 selama 120 menit, Senin (5/12)

Momen ini sekaligus membuktikan kalau sang kiper berusia 27 tahun adalah penerus ideal Danijel Subasic, kiper andalan Kroasia di Piala Dunia 2018 yang sudah pensiun dari tim nasional. Dengan performa ciamiknya, rasanya bukan kejutan kalau kiper Dinamo Zagreb ini akan pindah ke klub liga top Eropa dalam waktu dekat.

Di kubu Timnas Maroko, Yassine Bounou hadir sebagai benteng tangguh di bawah mistar. Selain membangun koordinasi yang bagus dengan rekan rekannya di lini pertahanan, pengalaman bermain di Spanyol juga terbukti sangat berguna buahnya.

Seperti diketahui, kiper berusia 31 tahun ini sudah bermain di La Liga Spanyol sejak tahun 2012. Sebelum menjadi andalan di Sevilla, ia juga pernah memperkuat Atletico Madrid, Real Zaragoza dan Girona.

Makanya, bukan kejutan kalau arah tendangan penalti para pemain Spanyol bisa ditebaknya dengan tepat. Selain tendangan Pablo Sarabia yang membentur tiang, tendangan Carlos Soler dan Sergio Busquets mampu digagalkan dengan jitu.

Di sini, Bounou mampu membuktikan, penghargaan El Zamora (Kiper Terbaik La Liga Spanyol) yang diraihnya musim lalu bukan kebetulan. Terbukti, Maroko sukses dibawanya menjadi negara Afrika Utara dan Jazirah Arab pertama, yang mampu menapak babak perempat final Piala Dunia.

Terlepas dari performa lini depan Spanyol yang buntu sepanjang pertandingan, kemenangan 3-0 (0-0) Tim Singa Atlas atas Tim Matador menjadi satu kemenangan mental buat Hakim Ziyech dkk.

Mereka mampu bertahan dengan baik dan memanfaatkan tradisi apes Spanyol di babak adu penalti. Jika mental setangguh ini masih terus ditunjukkan, bukan tidak mungkin mereka akan jadi tim Afrika pertama di semifinal Piala Dunia.

Sebenarnya, potensi kemunculan kiper-kiper spesialis penalti masih ada, karena Piala Dunia 2022 masih akan menggelar babak perempat final, semifinal, perebutan tempat ketiga, dan final.

Tapi, fenomena menarik yang sudah muncul sejauh ini menunjukkan, seberapa hebat ketangguhan mental seorang kiper, apalagi jika ia sudah kenyang pengalaman.

Di sisi lain, kecemerlangan mereka dalam menghadapi tendangan 12 pas juga menunjukkan, meski terlihat mudah, tendangan penalti sebenarnya lebih sulit dari yang dibayangkan, karena membutuhkan kekuatan mental ekstra, disamping keterampilan teknis.

Tak heran, sebuah hadiah penalti jarang dirayakan seperti sebuah gol, karena peluang gagalnya masih ada. Terutama jika yang dihadapi adalah kiper dengan pengalaman dan keterampilan teknis di atas rata-rata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun