Piala Dunia 2022 baru memasuki fase grup, tapi gelombang kejutannya sudah mulai terlihat.Â
Ini diawali dari kemenangan 2-1 Arab Saudi atas Argentina, Selasa (22/11), beberapa hasil kejutan muncul, seperti gelombang gerakan "Arab Springs" di Jazirah Arab pada dekade awal Abad 21.
Saya sendiri meminjam istilah ini, karena Piala Dunia 2022 kebetulan digelar di Jazirah Arab, tepatnya di Qatar, dan Arab Saudi muncul sebagai katalisator.
Tentu saja, ini bukan soal politik seperti "Arab Springs" yang dulu terjadi, antara lain di Mesir dan Tunisia, tapi murni soal sepak bola. Lebih tepatnya, soal "perlawanan" tim nonunggulan atas kemapanan tim yang lebih diunggulkan.
Selain kejutan dari Arab Saudi, kejutan lain juga datang dari Tunisia dan Maroko, yang sama-sama meraih satu poin di pertandingan awal fase grup Piala Dunia 2022. Tunisia bermain imbang tanpa gol melawan Denmark, begitu juga dengan Maroko dan Kroasia.
Gelombang kejutan itu sendiri kembali berlanjut, dengan kemenangan 2-1 Jepang atas tim kuat Jerman. Dalam pertandingan ini, semangat pantang menyerah Jepang berhasil menihilkan dominasi Jerman, baik dari segi statistik maupun permainan.
Meski sempat unggul lebih dulu lewat penalti Ilkay Gundogan di babak pertama, gol-gol Ritsu Doan dan Takuma Asano berhasil membuat Jepang meraih poin penuh.
Uniknya, situasi ini kurang lebih sama dengan yang dialami Arab Saudi saat bertemu Argentina. Seperti diketahui, tim asuhan Herve Renard juga sukses mencetak dua gol di babak kedua, setelah di babak pertama sempat kebobolan lewat gol penalti Lionel Messi.
Hasil-hasil ini mungkin agak mengecewakan buat para penggemar tim unggulan, tapi inilah yang sebenarnya memang dibutuhkan turnamen sekelas Piala Dunia secara umum: sebuah kejutan dan dinamika.
Selain karena untuk membuktikan kebenaran pemeo "bola itu bulat", kejutan seperti ini bisa menjadi satu tolok ukur, seberapa jauh perkembangan sepak bola, khususnya di luar Eropa dan Amerika Selatan.