Persetan dengan label kurang ajar atau sejenisnya. Itu toksik dan sama sekali tidak membantu.
Tubuhku lebih membutuhkan waktu dan cukup dukungan untuk pulih, bukan cercaan yang tidak pada porsinya.
Salah satu sikap itu aku perlihatkan, ketika aku menyeduh segelas kopi hitam tanpa gula. Tanpa mencecarku sepatah katapun, kopi Arabika dari Mandailing itu langsung memberi apa yang kubutuhkan: sebuah rasa pening dan teler di kepala, seperti obat penenang.
Dia seperti paham betul, pikiran dan tubuhku sedang kacau, dan aku butuh istirahat barang sejenak. Mungkin, inilah efek antidepresan kopi yang kadang luput dari perhatian, dibanding efek dopingnya yang sudah tersohor.
Sensasi itu membantuku tidur nyenyak, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir. Aku sangat berterima kasih padanya.
Seperti biasa, tanpa berlagak seperti ahli, apalagi merasa diri paling pintar, segelas kopi hitam tanpa gula itu memberi apa yang sangat kubutuhkan.
Seperti seorang sahabat dalam situasi susah dan senang, dia mau memahami dan membantu tanpa menghakimi.
Dia sukses mengalihkan ketidakmampuan fisikku untuk marah, menjadi satu rasa lelah yang membantuku beristirahat.
Kadang, aku bingung dengan pandangan obsesif soal kesehatan atau semacamnya. Manusia memang bisa mengendalikan banyak hal, tapi yang berada diluar kendali, termasuk cuaca, jauh lebih banyak.
Sehebat-hebatnya pawang hujan, dia tetap punya batas yang harus dihormati, demi menjaga keseimbangan.
Apalagi kalau itu coba dipaksakan ke orang lain. Pandangan obsesif semacam ini kadang bisa membuat orang jadi terasing dari lingkungannya, seperti ekstremis (dalam hal apapun).