Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Desa Wisata, Sebuah Ide Hebat

7 November 2022   14:10 Diperbarui: 7 November 2022   14:14 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berjalannya pemulihan ekonomi pasca dihantam pandemi, sejumlah program pemberdayaan masyarakat dan potensi wilayah hadir. Salah satunya hadir dalam program Desa Wisata Ramah Berkendara.

Program yang didukung Adira Finance dan Kemenparekraf ini hadir di sejumlah daerah di Indonesia, antara lain Desa Carangsari (Bali), Desa Rejowinangun (Yogyakarta), Desa Sanankerto (Malang, Jawa Timur) dan Desa Karanganyar (Magelang, Jawa Tengah).

Sesuai konsepnya, Desa Wisata Ramah Berkendara mempunyai tiga aspek kriteria, yakni infrastruktur, sumber daya manusia, dan ekosistem pariwisata. Ketiga aspek ini berkaitan dengan aksesibilitas dan potensi wilayah setempat.

Dari tiga kriteria tersebut, kita bisa melihat, program Desa Wisata Ramah Berkendara ini adalah satu ide hebat, karena mampu mendorong pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, dan ekosistem pariwisata yang berkualitas secara bersamaan.

Dengan kata lain, selain mempersiapkan aksesibilitas wilayah, warga setempat dan potensi wilayah tersebut juga digarap. Jadi,  hasil akhirnya punya keberlanjutan dalam jangka panjang, tidak hanya berhenti pada penyelenggaraan Festival Kreatif Lokal.

Ada manfaat berkelanjutan yang bisa dirasakan, khususnya oleh masyarakat setempat. Jika manfaat itu sudah dirasakan, seharusnya ada kesadaran bersama untuk menjaga, bahkan meningkatkan kualitas yang sudah ada.

Sebagai contoh, jika sebuah Desa Wisata punya potensi hutan wisata, masyarakat setempat pasti akan berusaha menjaga kelestarian lingkungan di sana. Misalnya, dengan berpegang pada kearifan lokal.

Jika kesadaran seperti ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengedukasi turis untuk membangun kesadaran bersama jelas bukan perkara sulit, karena kebiasaan positif yang ada sudah jadi budaya.

Pada gilirannya, selain bisa menemukan potensi baru, misalnya dalam bentuk wisata edukatif, kelestarian budaya, dalam hal ini kearifan lokal, juga ikut tertangani dengan baik.

Menariknya, program Desa Wisata Ramah Berkendara ini menjadi satu pendekatan holistik dalam membangun potensi desa. Karena, yang dibangun di sini bukan hanya infrastruktur fisik, tapi juga manusia, lingkungan, dan potensi wilayahnya, termasuk aspek budaya.

Jika program Desa Wisata ini mampu diterapkan secara optimal di seluruh pelosok Indonesia, rasanya masalah-masalah seputar daerah tertinggal dan aksesibilitas daerah bisa mulai dikikis. Angka urbanisasi dan potensi masalah sosial di perkotaan pun bisa dikurangi.

Selebihnya, tinggal bagaimana sinergi setiap pihak terkait untuk memastikan program ini dapat berjalan optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun