Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana dan Keajaiban Langkah Pertama

21 Oktober 2022   21:04 Diperbarui: 21 Oktober 2022   21:19 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari tulisan ke kopi darat bersama Opa dan Oma Tjip serta Kompasianer (Dokpri)

Menapaki tahun keenam sebagai seorang Kompasianer, andai boleh merangkum perjalanan saya di sini hanya dalam satu lagu, maka saya akan memilih lagu "It's Magic" milik Band Pilot yang rilis tahun 1974.

Mengapa?

Bagi saya, semua terasa ajaib sejak langkah paling awal. Saya masih ingat, ketika pertama kali membuat akun Kompasiana di akhir November 2016, sebenarnya saya hanya iseng. Begitu juga saat memposting artikel pertama saya pada 1 Desember 2016.

Sebenarnya artikel berjudul "Politik Mercusuar di Sepak Bola" itu adalah artikel yang sempat saya coba kirimkan ke portal berita tempat saya sempat menjadi kontributor lepas. 

Waktu itu, saya sedang coba-coba meniti langkah di dunia tulis-menulis, karena "dikompori" seorang teman lama.

Berhubung waktu itu tidak ada respon sama sekali dari pihak pengelola laman tersebut, saya lalu coba mempostingnya di Kompasiana tanpa ilustrasi. 

Sebetulnya saya tidak terlalu peduli dengan jumlah klik dan hal lainnya. Saya malah lebih mengkhawatirkan soal apakah artikel ini melanggar aturan atau tidak, karena sudut pandangnya agak tidak biasa.

Tapi, disinilah keajaiban itu mulai bercerita. Ketika saya membuka lagi laman Kompasiana esok harinya untuk menulis artikel, saya dibuat "surprise" karena artikel itu sudah punya gambar ilustrasi, dan mendapat label Headline (sekarang Artikel Utama).

Saya yang waktu itu masih awam, tidak tahu label "Headline" itu apa. Saya hanya merasa lega, karena tulisan itu tidak melanggar aturan, dan saya benar-benar dilihat dari apa yang saya tulis, bukan dari fisik semata.

Berangkat dari situ, saya langsung merasakan, Kompasiana bisa jadi tempat yang pas untuk menulis. Bukan hanya soal sepak bola, tapi topik apapun yang ingin saya tulis, berdasarkan ide yang kadang suka datang semaunya.

Hasilnya, semua seperti bergulir begitu saja seperti bola salju: mulai dari mendapat centang biru, pengalaman menulis di platform "news aggregator", berkunjung ke kantor Kompasiana di Palmerah, sampai bertemu komunitas dan Kompasianer secara langsung, baik dalam event komunitas daerah seperti Event KJOG maupun event nasional seperti HUT Kompasiana dan Kompasianival.

Selama waktu yang panjang itu, satu demi satu tulisan hadir, hingga tak terasa sudah mencapai lebih dari 1.000 tulisan di tahun 2022. Bersama tulisan-tulisan itu, sejumlah perjumpaan dan kisah manis ikut mewarnai.

Salah satunya terjadi saat saya berjumpa Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, Kompasianer senior, yang memang sudah malang-melintang di dunia tulis-menulis.

Berawal dari interaksi di kolom komentar, saya bisa ikut menyumbangkan tulisan di buku antologi beliau pada tahun 2021.
Tepatnya, pada ulang tahun pernikahan Opa dan Oma Tjip ke 56 tahun, pada tahun 2021 silam.

Momen ini seperti jadi sebuah babak "pendahuluan", karena di tahun berikutnya, kami benar-benar bertemu langsung dalam sebuah event komunitas offline di Yogyakarta, bulan Agustus 2022.

Ini baru satu momen. Belum termasuk perjumpaan dengan sejumlah Kompasianer lain dari beragam generasi dan profesi.

Uniknya, perjumpaan langsung seperti ini kadang jadi semakin berkesan, karena setiap kali saya sebut nama, mereka umumnya langsung mengenali, topik apa yang paling sering saya tulis di Kompasiana.

Dari tulisan ke kopi darat bersama Opa dan Oma Tjip serta Kompasianer (Dokpri)
Dari tulisan ke kopi darat bersama Opa dan Oma Tjip serta Kompasianer (Dokpri)
Semua pengalaman itu menjadi satu paket hadiah spesial, yang tak kalah spesial dari label, K-Rewards atau hadiah lomba apapun.

Soal K-Reward dan lomba, saya mungkin lebih banyak jadi "tim hore" karena kalaupun dapat, nilainya tidak pantas untuk terlalu dibanggakan apalagi dipamerkan.

Tidak banyak yang bisa saya harapkan di sini. Dapat ya syukur, tidak dapat ya sudah, karena keputusan akhir tidak di tangan saya. Kalau tujuan saya menulis hanya demi  hal-hal semacam itu, saya pasti sudah lama berhenti menulis di Kompasiana.

Seiring berjalannya waktu, saya justru menyadari, semuanya terasa ajaib, karena berawal dari satu langkah iseng. Sebuah langkah pertama dari sebuah perjalanan.

Andai saya tidak iseng mendaftar dan memposting tulisan pertama di Kompasiana, mungkin apa yang sejauh ini saya alami sebagai seorang Kompasianer tak akan pernah terjadi.

Mungkin, inilah yang orang sebut sebagai "keajaiban langkah pertama".

Persis seperti kata dosen saya, saat awal masa skripsi dulu: "Mengerjakan skripsi  bukan hanya soal bagaimana itu diselesaikan, tapi juga soal bagaimana itu dimulai".

Ternyata, kata-kata itu juga berlaku dalam ber-Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun