Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Saat Menulis Terasa Menyebalkan

7 Oktober 2022   23:20 Diperbarui: 7 Oktober 2022   23:21 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal menulis, setiap orang yang menekuninya pasti paham, kalau ada beragam rasa yang muncul di sini. Salah satu rasa yang kadang muncul adalah rasa sebal, entah karena kehabisan stok ide, tidak menang lomba, tidak dapat label, dan entah apa lagi.

Soal rasa sebal dalam menulis, perasaan itu kadang muncul karena melihat ke sekitar, entah dari suasana atau keriuhan di sekitar. Di satu sisi, ini memang bisa memicu semangat lebih untuk menulis.

Tapi, ini jadi menyebalkan, karena jika terlalu dibiasakan bisa menggerus rasa nyaman dalam menulis. Pada awalnya, memang ada semangat untuk menulis, terutama kalau tulisan itu bisa menang lomba atau populer karena mendapat banyak pembaca atau penilaian.

Pertanyaannya, bagaimana kalau tulisan itu ternyata sepi, dan hanya jadi penggembira di lomba?

Rasa kecewa sudah pasti ada, dan kalau ini  tidak diantisipasi, pasti semangat menulis langsung padam. Maka, perlu ada cara untuk menjaga semangat ini tidak cepat padam.

Antusiasme itu tidak harus terlihat dari perilaku yang bisa dilihat dari luar, tapi bisa terlihat dari tulisan yang kita buat.

Satu pandangan dasar, yang mungkin bisa membantu semangat menulis tetap terjaga adalah apa tujuan dan sebagai siapa kita menulis.

Jika tujuannya murni karena ingin menulis, tanpa embel-embel apapun sebagai diri sendiri, rasa lelah atau ingin berhenti tidak akan mudah datang, tapi, kalau ada maksud lain, termasuk ekspektasi terlalu tinggi, tinggal tunggu saja momen yang tepat untuk berhenti. 

Semakin tinggi ekspektasi, semakin menyakitkan rasanya kalau gagal, karena kegagalan tidak disambut sebaik kemenangan.

Ada kalanya, momen berhenti itu hanya bersifat temporer. Bisa karena jenuh atau kesibukan lain.

Masalahnya, kalau penyebabnya jenuh dan frekuensinya terlalu sering, itu akan jadi satu kebiasaan yang kurang baik. Selain bisa membuat rasa dan sentuhan dalam menulis semakin berkurang, kebiasaan ini menunjukkan, ada masalah dalam hal fokus.

Karena tidak bisa fokus, semua jadi kacau. Padahal, menulis selalu membutuhkan fokus lebih, supaya apa yang ingin dituangkan ke dalam tulisan bisa tertuang dengan tuntas.

Berangkat dari situlah, fokus kepada diri sendiri menjadi satu hal yang perlu konsisten dilakukan. Bukannya bermaksud egois, fokus pada diri sendiri menjadi hal penting untuk bisa menjaga semangat, karena kitalah yang (seharusnya) paling memahami diri sendiri.

Ketika semangat menulis ini dapat dijaga, ruang untuk berkembang akan datang dengan sendirinya. Jika sudah menemukan, hobi menulis akan menuntun kita ke titik yang tidak diduga sebelumnya.

Terlepas dari sisi menyebalkan yang kadang muncul darinya, menulis memang satu hal yang punya sisi ajaib, karena punya dinamika unik dan jalannya sendiri.

Keajaiban inilah yang membuat menulis menjadi satu hal spesial. Selebihnya, tinggal apakah ini bisa disadari atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun