Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memahami Satu Sisi Traumatis Tragedi Kanjuruhan

3 Oktober 2022   21:23 Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:27 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Headline Marca (media Spanyol) Tentang Tragedi Kanjuruhan (Marca.com)

Di media sosial saja, sudah banyak pecinta sepak bola nasional yang sudah menyatakan kehilangan minat untuk menonton Liga 1 musim ini, karena musibah di Malang itu begitu mengerikan.

Sebelumnya, aksi tidak menonton langsung di stadion juga sempat dilakukan oleh kelompok suporter PSS Sleman selama bulan September, menyusul wafatnya dua orang fans PSS Sleman dalam dua kejadian terpisah, meski sama-sama tidak terjadi di stadion.

Maka, ketika Tragedi Kanjuruhan terjadi, keputusan yang diambil Valentino Simanjuntak sangat bisa dimengerti. Begitu juga jika ada pemain Arema FC yang nantinya memutuskan hengkang dalam waktu dekat.

Suka atau tidak, kita harus mengakui, kejadian ini akan mendatangkan satu trauma tersendiri bagi mereka, karena para pemain Arema FC ikut melihat langsung tragedi ini.

Dalam sejumlah pemberitaan di media, pelatih Javier Roca dan Abel Camara (penyerang Arema FC) bahkan menyebut, ada beberapa suporter yang meninggal dunia di ruang ganti pemain saat ditampung dan diberi perawatan darurat, dengan disaksikan langsung para pemain.

Bagi para korban selamat dan seluruh keluarga korban, rasa trauma jelas tak bisa dihindari dan butuh waktu untuk move on. Kalaupun bisa sepenuhnya move on, cara pandang mereka akan berubah total setelah ini, karena akibat dari kejadian ini terlalu mahal untuk hanya jadi satu pembelajaran tanpa perbaikan.

Di sisi lain, jika ternyata animo suporter dan rating siaran Liga 1 menurun setelah kompetisi bisa kembali dilanjutkan, ini adalah satu hal yang seharusnya bisa dimengerti, karena Tragedi Kanjuruhan tak akan bisa dilupakan begitu saja, seperti tidak terjadi apa-apa.

Jika melihat tingkat keparahan Tragedi Kanjuruhan, wajar jika PSSI (sejauh ini) menghukum Arema FC, dengan melarang mereka jadi tuan rumah di sisa musim ini. Sanksi ini masih berpeluang diperberat, khususnya jika hasil investigasi yang ada terbukti memberatkan.

Apapun sanksinya, sekalipun itu degradasi ke level amatir, seharusnya tidak boleh ada tawar menawar atau banding dengan alasan apapun, karena ini adalah tragedi dalam stadion paling mematikan di sepak bola nasional, sekaligus jadi catatan korban meninggal terbanyak di Asia.

Maka, sekalipun sanksinya akan sangat memberatkan, sanksi ini harus benar-benar mampu menciptakan efek jera. Dengan harapan, kelompok suporter lain juga bisa ikut teredukasi untuk tidak bertindak anarkis.

Untuk saat ini, ketegasan menjadi kunci, untuk memulihkan krisis kepercayaan publik sepak bola nasional, sekaligus memperbaiki sisi negatif sepak bola nasional yang sedang disorot dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun