Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memahami Satu Sisi Traumatis Tragedi Kanjuruhan

3 Oktober 2022   21:23 Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:27 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi Kanjuruhan akhir pekan lalu menjadi satu cerita memilukan, bukan hanya di tingkat nasional, tapi juga di tingkat dunia. Maklum, tragedi ini menjadi salah satu insiden tragis di stadion dengan korban jiwa paling banyak di dunia.

Karenanya, wajar jika pemberitaan dan sorotan media atas kejadian ini bisa mendunia. Kali ini, nama Indonesia bergema di tingkat dunia, sayangnya karena satu tragedi.

Berbagai respon dan ungkapan belasungkawa datang dari berbagai arah, mulai dari FIFA, sampai klub-klub Eropa, semua ikut ambil bagian. La Liga Spanyol dan Eredivisie Belanda bahkan kompak mengadakan hening cipta jelang kick off pertandingan hari Minggu (2/10).

Tak sampai disitu, Presiden Joko Widodo sampai menginstruksikan Liga 1 diliburkan, sampai investigasi dan pembenahan yang diperlukan benar-benar tuntas. Langkah ini belakangan disusul dengan pembentukan tim khusus yang dipimpin Menkopolhukan Mahfud MD, Senin (3/10)

Terlepas dari silang sengkarut dan beragam sudut pandang yang turut mewarnai, ada kabar mengejutkan lain yang datang, yakni keputusan Valentino Simanjuntak mengundurkan diri sebagai komentator Liga 1.

Melalui akun Instagramnya Minggu (2/10) lalu, komentator yang juga berprofesi sebagai advokat ini mengumumkan keputusannya. Mungkin, ini terasa mengejutkan, tapi cukup bisa dimengerti, karena dialah yang menjadi salah satu komentator di pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Dari segi permainan, untuk ukuran Liga Indonesia, laga bertajuk Derby Jawa Timur itu memang berlangsung menarik dan lancar sampai wasit meniup peluit panjang.

Masalahnya, setelah pertandingan usai, oknum suporter Arema FC yang tak menerima kekalahan Singo Edan tiba-tiba masuk ke lapangan. Dimulai dari satu-dua orang, jumlahnya lalu membeludak, sehingga menciptakan situasi "chaos" hingga memakan korban jiwa lebih dari 100 orang.

Keputusan mundur Bung Jebreet memang cukup mengejutkan, tapi bisa dimaklumi, karena tragedi yang hadir benar-benar memilukan, dan terjadi tak lama setelah pertandingan yang dikomentarinya di televisi selesai.

Dengan korban jiwa yang menembus angka ratusan, wajar jika keputusan mundur diambil. Tragedi seperti ini adalah satu pukulan traumatis, bagi mereka yang empatinya masih hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun