Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dua Wajah Kemenangan Tim Garuda

25 September 2022   05:57 Diperbarui: 25 September 2022   06:48 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemenangan bermuka dua. Begitulah pendapat saya, tentang kemenangan 3-2 Timnas Indonesia atas Curacao, Sabtu (24/9) dalam laga perdana ujicoba internasional resmi kedua tim, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Seperti diketahui, laga ujicoba internasional antara Indonesia vs Curacao berlangsung dua kali. Setelah bermain di Bandung pada laga pertama, laga kedua akan berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa, (27/9) mendatang.

Kemenangan ini saya sebut punya dua wajah, karena apa yang terlihat di lapangan memang menampilkan demikian. Bukan sebatas soal penampilan kedua tim di lapangan, tapi juga soal hal lain, yang kebetulan ikut "hadir" di lapangan.

Dari segi penampilan kedua tim di lapangan, pertandingan berjalan cukup menarik ditonton, karena kedua tim saling menyerang. Kejar-kejaran gol bahkan sempat terjadi, dalam laga yang mempertemukan dua negara bekas jajahan Belanda ini.

Curacao unggul lebih dulu lewat sontekan Rangelo Janga di menit ke 7, memanfaatkan bola liar hasil tembakan Leandro Bacuna yang membentur tiang gawang. Dalam keadaan biasa, gol cepat di menit awal bisa membuat mental tim yang kebobolan akan anjlok.

Tapi, Elkan Baggott dkk justru mampu menunjukkan kematangan mental yang baik. Hasilnya, hanya dalam waktu 16 menit setelah kebobolan, dua gol balasan langsung hadir, lewat aksi Marc Klok dan sundulan jitu Fachruddin.

Selain menunjukkan kematangan mental, dua gol ini juga menunjukkan, skema umpan pendek dari kaki ke kaki dan set-piece berjalan dengan baik, bahkan tampak meningkat secara kualitas.

Gol Marc Klok hadir setelah menuntaskan umpan pendek Dimas Drajad, sementara gol Fachruddin hadir, setelah sundulan akurat sang kapten mampu menuntaskan umpan lemparan jauh Pratama Arhan.

Memang, Curacao langsung mampu menyamakan skor, setelah tendangan Juninho Bacuna mampu menjebol gawang Nadeo Argawinata. Tapi, Tim Garuda tidak panik, mereka mampu menjaga fokus dan tetap bermain kompak dan konsisten melakukan pressingketat.

Memang ada titik lemah yang muncul, khususnya di babak pertama, yakni rawan diserang balik, akibat transisi dari menyerang ke bertahan yang kurang mulus. Kelemahan ini sempat mampu dimanfaatkan pemain Curacao, yang memang punya postur tubuh cukup besar, dan kecepatan lari cukup bagus.

Tapi, kelemahan ini mampu diperbaiki di babak kedua. Hasilnya, hanya satu gol yang hadir di babak kedua lewat Dimas Drajad di menit ke 56. Tendangan sang striker sukses mengecoh kiper lawan, setelah menerima umpan Pratama Arhan.

Timnas Indonesia unggul 3-2 di GBLA, dan skor ini bertahan sampai wasit meniup peluit panjang. Sebuah kemenangan yang layak, karena tim asuhan Shin Tae-yong menunjukkan peningkatan kualitas teknis dan mental yang baik.

Terlepas dari kekurangan yang ada, kemenangan ini juga berpeluang menaikkan peringkat FIFA Indonesia. Maklum, sebelum pertandingan, Timnas Indonesia berada di peringkat 155 dunia, sementara Curacao berada di peringkat 84.

Tapi, disamping hasil positif, sedikit sorotan negatif juga ikut hadir, lewat sisi narsis Iwan Bule dan Zainudin Amali. Wajah keduanya tampil di papan iklan saat pertandingan berlangsung.

Tampilan wajah Menpora dan Ketum PSSI di papan iklan Stadion GBLA (Suara.com)
Tampilan wajah Menpora dan Ketum PSSI di papan iklan Stadion GBLA (Suara.com)
Di satu sisi, ini bisa dilihat sebagai satu wujud dukungan. Masalahnya, berhubung politisasi masih membudaya di dunia olahraga nasional, sisi narsis yang dihadirkan Ketum PSSI dan Menpora ini jelas mengkhawatirkan.

Mereka terkesan "berpuas diri" dengan perkembangan yang sudah ada, dan melebihkan peran sendiri. Tentu saja ini kurang pas, karena meski terus berkembang, Timnas Indonesia masih bisa lebih baik lagi, baik dari segi peringkat FIFA ataupun kualitas.

Jika rasa puas diri hadir, ini bisa jadi kontraproduktif, karena bisa menghambat potensi Timnas Indonesia untuk berkembang. Pastinya akan sangat disayangkan kalau sisi negatif ini hadir, saat tim sebenarnya belum meraih apapun, dan masih harus meningkatkan banyak aspek.

Semoga, kebiasaan negatif ini tidak dilanjutkan, karena publik sepak bola nasional lebih mengharapkan Timnas Indonesia bisa jadi tim yang bisa dibanggakan seluruh negeri, ketimbang figur pembesar yang masih haus pengakuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun