Kemenangan bermuka dua. Begitulah pendapat saya, tentang kemenangan 3-2 Timnas Indonesia atas Curacao, Sabtu (24/9) dalam laga perdana ujicoba internasional resmi kedua tim, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.
Seperti diketahui, laga ujicoba internasional antara Indonesia vs Curacao berlangsung dua kali. Setelah bermain di Bandung pada laga pertama, laga kedua akan berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa, (27/9) mendatang.
Kemenangan ini saya sebut punya dua wajah, karena apa yang terlihat di lapangan memang menampilkan demikian. Bukan sebatas soal penampilan kedua tim di lapangan, tapi juga soal hal lain, yang kebetulan ikut "hadir" di lapangan.
Dari segi penampilan kedua tim di lapangan, pertandingan berjalan cukup menarik ditonton, karena kedua tim saling menyerang. Kejar-kejaran gol bahkan sempat terjadi, dalam laga yang mempertemukan dua negara bekas jajahan Belanda ini.
Curacao unggul lebih dulu lewat sontekan Rangelo Janga di menit ke 7, memanfaatkan bola liar hasil tembakan Leandro Bacuna yang membentur tiang gawang. Dalam keadaan biasa, gol cepat di menit awal bisa membuat mental tim yang kebobolan akan anjlok.
Tapi, Elkan Baggott dkk justru mampu menunjukkan kematangan mental yang baik. Hasilnya, hanya dalam waktu 16 menit setelah kebobolan, dua gol balasan langsung hadir, lewat aksi Marc Klok dan sundulan jitu Fachruddin.
Selain menunjukkan kematangan mental, dua gol ini juga menunjukkan, skema umpan pendek dari kaki ke kaki dan set-piece berjalan dengan baik, bahkan tampak meningkat secara kualitas.
Gol Marc Klok hadir setelah menuntaskan umpan pendek Dimas Drajad, sementara gol Fachruddin hadir, setelah sundulan akurat sang kapten mampu menuntaskan umpan lemparan jauh Pratama Arhan.
Memang, Curacao langsung mampu menyamakan skor, setelah tendangan Juninho Bacuna mampu menjebol gawang Nadeo Argawinata. Tapi, Tim Garuda tidak panik, mereka mampu menjaga fokus dan tetap bermain kompak dan konsisten melakukan pressingketat.
Memang ada titik lemah yang muncul, khususnya di babak pertama, yakni rawan diserang balik, akibat transisi dari menyerang ke bertahan yang kurang mulus. Kelemahan ini sempat mampu dimanfaatkan pemain Curacao, yang memang punya postur tubuh cukup besar, dan kecepatan lari cukup bagus.