Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebuah Lomba, Sebuah Pengalaman

23 September 2022   14:30 Diperbarui: 23 September 2022   14:34 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama kurang lebih enam tahun terlibat di dunia tulis-menulis, satu hal yang sebenarnya agak kurang saya sukai adalah suasana saat mengikuti blogcomp. Padahal, blogcomp selalu menghadirkan hadiah menarik, terutama di kompetisi kelas kakap.

Sebenarnya, bukan hadiahnya yang jadi masalah, tapi atmosfernya sangat berbeda dari biasanya. Dari sisi rasa nyaman untuk menulis, sebenarnya rasa nyaman itu masih ada.

Sepanjang tak ada tekanan atau target muluk, semua baik-baik saja. Saat ada ide, tinggal tulis, publish, beres.

Tapi, ketika harus berhadapan dengan para spesialis lomba dari seluruh Indonesia, ikut lomba menulis hanya kesempatan menambah pengalaman. Tidak ada antusiasme lebih, hanya normal seperti biasa. 

Otomatis, tidak ada target khusus apapun di sini. Dapat hadiah ya syukur, tidak dapat ya sudah.

Salah satu pengalaman terkini yang saya dapat dari blogcomp datang dari Malam Inaugurasi IndiHome Blog Competition 2022, Kamis (22/9) lalu. Lomba menulis ini berlangsung hingga bulan Juli lalu, dengan melibatkan banyak blogger dari beragam platform, termasuk Kompasiana.

Acara ini memadukan konsep daring dan fisik, Dimana, partisipan yang hadir secara daring hadir lewat platform Zoom. Meski tak menang lomba, ini tetap jadi satu  pengalaman unik, karena untuk pertama kalinya bertemu dengan aksi peretasan.

Masuknya peretas yang menampilkan gambar-gambar tak pantas dan mengirim pesan spam di kolom chat sempat mengganggu. Apa boleh buat, pihak panitia lalu membatasi kolom chat dan akses masuk.

(Dokpri)
(Dokpri)
Selebihnya, acara ini cukup bisa dinikmati, karena pilihan lagunya cukup enak didengar. Berhubung videonya hanya sesekali muncul, acara ini serasa sebuah acara radio.

Kembali ke lomba menulis alias blogcomp. Di satu sisi, ini bisa jadi sarana mencari cuan yang cukup menarik, karena jika menang lomba, hadiahnya memang tak pernah main-main. Sekali lagi, jika menang lomba.

Tapi, jika itu yang jadi tujuan utama, tidak akan ada keberlanjutan. Sekali-dua kali gagal lalu patah hati, selesai sudah.

Jujur saja, andai saya berharap banyak pada lomba menulis, saya pasti sudah lama berhenti menulis. Jangankan enam tahun, satu tahun saja belum tentu.

Makanya, saya lebih suka menganggap lomba sebagai latihan uji nyali. Maklum, menulis sehari satu artikel saja butuh waktu lama untuk terbiasa. Ikut lomba adalah level lain.

Bisa terpublish sesuai aturan saja sudah bagus. Selebihnya, itu bonus, karena bukan saya yang menentukan hasil akhirnya. Tidak ada yang bisa diharapkan terlalu banyak.

Toh, dari ngeblog, saya sudah dapat bonus relasi dan sedikit pemasukan. Dua hal ini hanya perlu dibiarkan berjalan alamiah, supaya tidak merusak di masa depan.

Selain memperluas relasi, hal lain yang membuat saya nyaman ngeblog adalah kebebasan jadi diri sendiri dan bebas juga dari diskriminasi fisik. Makanya, topik tulisan saya kadang suka kemana-mana, tergantung ide yang datang.

Selama itu layak ditulis, hampir pasti akan ditulis. Saya sesekali juga menerima masukan dari lingkungan sekitar. Sepanjang masukan itu masuk akal dan tidak menyetir, itu layak dieksekusi.

Tapi, jika masukan yang ada cenderung menyetir, kecuali itu adalah bagian dari perintah kerja, saya akan membuangnya dengan senang hati. Bukan karena sombong, tapi lebih karena jengkel.

Mereka bisa menyetir sedemikian rupa dan punya banyak ide. Seharusnya, itu bisa  dieksekusi dengan gaya mereka sendiri. Kalau mereka bisa, kenapa harus saya?

Memang, diluar lomba blogcomp, masih banyak hal unik lain yang membuat menulis itu seperti jatuh cinta, berjuta rasanya.

Tapi, ada satu hal yang saya sadari seiring berjalannya waktu. Menulis adalah satu ruang bebas yang mirip dengan kungfu; tidak bisa hanya mengandalkan bakat, tapi selalu memberi ruang untuk jadi lebih baik, jika mau ditekuni. Kalaupun ada persaingan, itu seharusnya adalah satu sarana menambah teman, bukan musuh.

Kebetulan, kata kungfu secara umum bermakna "sesuatu yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan ketekunan yang tinggi". Semakin tekun, semakin tinggi ilmunya, semakin halus proses menguasainya, karena kadang terlihat seperti terjadi begitu saja.

Selebihnya, tinggal apakah kita mau menjalani atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun