Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sisi Ironis Memori Internal Ponsel

25 Agustus 2022   17:12 Diperbarui: 26 Agustus 2022   19:18 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal teknologi ponsel, hampir semua orang mungkin sudah langsung paham soal perkembangan yang begitu cepat di sini. Hampir setiap tahun selalu muncul versi terbaru dari setiap pabrikan ponsel, dengan sistem operasi yang juga generasi terbaru.

Tentu saja, ini adalah bagian dari pembaruan rutin, untuk menghasilkan performa optimal. Tapi, dibalik tujuan positif ini, masih terselip satu masalah rutin, yakni ukuran aplikasi ponsel yang semakin besar.

Mungkin, ini tidak terlalu disadari sebagian orang, tapi fenomena ini semakin terlihat dari tahun ke tahun. Salah satunya bisa dilihat dari ukuran standar memori internal ponsel yang semakin besar.

Ambil contoh, pada 4-5 tahun lalu, ponsel dengan spek memori 16 atau 32 gigabyte sudah dianggap berukuran besar. Tapi, standar itu belakangan naik menjadi 64 gigabyte, karena ukuran aplikasi semakin lama semakin besar,  seiring munculnya sistem operasi generasi baru.

Pada ponsel lama saya, perbedaan ini cukup saya rasakan. Pada 4 tahun lalu, ponsel saya yang berspek memori 16 gigabyte masih punya ruang kosong memori yang cukup longgar.

Saking longgarnya, saya bahkan sempat menginstall aplikasi streaming dan game, selain media sosial dan berita, tanpa mengganggu kinerja ponsel. Tapi, 4 tahun setelahnya, muncul perbedaan yang cukup jomplang.

Jangankan menonton streaming atau bermain game, memakai media sosial saja sudah kewalahan. Ditambah lagi, setiap kali update aplikasi rutin, hampir selalu ada peringatan soal ruang kosong memori yang tidak cukup.

Alhasil, demi menjaga ponsel bisa tetap berfungsi baik, aktivitas menghapus data atau berkas yang kurang penting jadi satu rutinitas. Beruntung, ponsel lama itu tetap dalam kondisi baik saat penggantinya datang.

Berangkat dari masalah itu, saya mendapati, ukuran aplikasi yang diperbarui secara berkala memang semakin besar dari waktu ke waktu.
Awalnya mungkin tidak terasa, karena frekuensinya rutin setiap bulan. Tapi, setelah 2 tahun atau lebih, perbedaan ini baru terasa.

Beberapa masalah paling umum adalah ketika aplikasi yang kita pasang menutup sendiri, atau tidak bisa pembaruan rutin karena ruang memori tidak cukup.

Apa boleh buat, saya lalu menggantinya dengan ponsel berukuran memori 128 gigabyte, yang mendapat tambahan sekitar 20 gigabyte, karena bisa sinkron dengan dengan akun Google Drive dan Microsoft.

Sebuah perubahan yang cukup drastis, karena ukurannya jauh lebih besar dari sebelumnya, tapi inilah antisipasi yang perlu saya lakukan. Semakin banyak ruang kosong, semakin bebas gangguan.

Di sisi lain, perubahan ini juga membuat saya menemukan sebuah paradoks dalam aplikasi ponsel. Semakin diperbarui, dia memang semakin canggih dan simpel saat diakses.

Masalahnya, pada saat bersamaan, kemudahan itu tampak begitu rumit, karena fitur-fitur baru yang dihadirkannya justru membuatnya semakin "gemuk" dari segi ukuran data di ponsel.

Ibarat orang memakai baju, baju itu lama kelamaan jadi semakin sempit, sampai akhirnya tidak bisa dipakai lagi.

Jika tren ini terus berlanjut, saya rasa tidak perlu menunggu waktu lama buat ponsel pintar untuk punya ukuran memori sampai level terrabyte, seperti laptop, bahkan lebih. Otomatis, bukan kejutan juga kalau standar harganya nanti akan semakin tinggi.

Berangkat dari masalah itu, seharusnya pengembang ponsel perlu mulai mempertimbangkan, untuk coba menggunakan server cloud atau layanan seperti Google Drive dan sejenisnya, untuk dijadikan tempat memori internal, sambil menyederhanakan ukuran paket data fitur, di setiap versi terbaru aplikasi

Dengan demikian, kemudahan yang akan ditawarkan akan tetap sejalan dengan daya beli konsumen, dan tak ada lagi istilah "spek kentang" pada ponsel berukuran memori minimalis, karena aplikasi yang ada sudah lebih efektif dan efisien, termasuk dari segi ukuran data.

Menariknya, tren kenaikan ukuran standar memori internal, khususnya pada ponsel Android, seolah menjadi satu cermin sisi kompulsif manusia: Selalu ingin lebih, tanpa batasan yang jelas, bahkan kadang tak terbatas, meski sebenarnya merupakan satu makhluk yang punya keterbatasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun