Bahaya. Inilah satu kata kesimpulan yang muncul, seiring kekalahan 1-2 Liverpool atas Manchester United, Rabu, (23/8, dinihari WIB). Tentu saja, ini adalah bahaya dalam arti negatif. Khususnya, Â setelah tim kesayangan Kopites ini meraih trofi Community Shield, akhir Juli lalu.
Disebut demikian, karena hasil ini membuat The Reds masih belum bisa meraih poin penuh di tiga laga awal Liga Inggris musim 2022/2023. Sebelumnya, Â sepasang hasil imbang diraih kala menghadapi Fulham dan Crystal Palace.
Sementara itu, kekalahan di Old Trafford juga menunjukkan, seberapa parah masalah cedera di lini tengah. Maklum, dalam laga ini, anak asuh Juergen Klopp tampil dengan komposisi gelandang cukup seadanya.
Tidak ada Thiago yang cedera, Fabinho dirotasi, sementara Naby Keita tidak fit. Alhasil, lini tengah tim tampak serba seadanya, karena dua pemain senior, yakni Jordan Henderson dan James Milner hanya ditopang Harvey Elliott yang masih minim pengalaman di laga besar.
Kreativitas ada, tapi masih cenderung monoton dan lambat panas, kontrol permainan ada, tapi rawan kena serangan balik. Masalah inilah yang benar-benar jadi makanan empuk anak asuh Erik Ten Hag.
Dengan kombinasi pressing ketat dan serangan balik cepat, Liverpool sukses dibuat kelabakan. Strategi ini berbuah manis, karena gol-gol yang ditunggu datang pada saat yang tepat.
Dimulai dari gol Jadon Sancho di menit ke-16 yang sukses mendongkrak kepercayaan diri tim, Setan Merah akhirnya bisa mengontrol situasi, setelah Marcus Rashford menjebol gawang Alisson di menit-menit awal babak kedua.
Liverpool sendiri "menyempurnakan" kekacauan mereka di Teater Impian, dengan respon terlambat. Fabinho baru masuk jelang setengah jam terakhir waktu normal, dan mampu membuat lini tengah lebih stabil.
Gol balasan memang akhirnya datang di menit ke 81, lewat aksi Mohamed Salah, tapi semua sudah terlambat. Selain masih belum meraih poin penuh, The Reds melengkapi start jeblok di awal musim dengan sepasang catatan minor: selalu kebobolan, dan belum pernah memimpin lebih dulu di pertandingan.
Di luar masalah lini tengah, komposisi tim The Kop juga tampak compang-camping akibat masalah absensi pemain. Celakanya, Â ini juga terjadi di lini belakang dan depan.
Di pos palang pintu, Ibrahima Konate dan Joel Matip masih cedera, begitu juga dengan Diogo Jota di lini depan. Situasi semakin runyam, karena Darwin Nunez masih harus absen di dua pertandingan berikutnya, akibat kena kartu merah pekan lalu.
Praktis, dengan ruwetnya permasalahan dalam tim, sudah saatnya Klopp kembali mempertimbangkan dan bergerak mencari tambahan personel, terutama di lini tengah. Kalau perlu, melakukan jual-beli pemain yang dianggap tidak masuk dalam rencana.
Satu-satunya sisi positif dari kekacauan ini adalah, ini terjadi di awal musim, bukan di fase pertengahan atau akhir yang krusial.
Bukan berarti harus "panik" berbelanja pemain, tapi mereka harus mulai mempertimbangkan masalah-masalah di pos dapur serangan tim: pemain yang langganan cedera dan berada di tahun akhir masa kontrak.
Kebetulan, mereka masih punya Naby Keita dan Alex Oxlade-Chamberlain, yang sama-sama berada dalam kategori ini. Naby Keita sendiri bahkan diketahui ingin hengkang karena tidak senang dengan situasinya di tim.
Dengan bursa transfer musim panas yang masih dibuka sampai akhir bulan Agustus, seharusnya Liverpool bisa bergerak memburu personel tambahan di lini tengah. Mereka toh juga masih punya daya tarik sebagai tim yang bermain di Liga Champions.
Andai Jude Bellingham (Borussia Dortmund) yang dibanderol 100 juta pounds  masih dianggap kemahalan, masih ada Ibrahim Sangare (PSV Eindhoven), Youri Tielemans (Leicester City) atau Moises Caicedo (Brighton) yang harganya lebih masuk akal, karena berada di kisaran 25-50 juta pounds.
Selebihnya, tinggal seberapa serius Si Merah dalam merespon situasi ini. Kalau mereka mau menyadari dan segera berbenah, masih ada harapan untuk memupus rasa penasaran di musim lalu.
Tapi, kalau mereka masih bersikeras menganggap situasi masih baik-baik saja, rasanya ini akan jadi satu musim yang sulit. Jangankan juara, finis di posisi empat besar saja sudah bagus sekali.
Jadi, pilih yang mana, Liverpool?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H