Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manchester United dan Bayang-bayang "Post Power Syndrome"

2 Agustus 2022   11:51 Diperbarui: 2 Agustus 2022   11:53 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal Manchester United, khususnya sejak era Sir Alex Ferguson selesai di tahun 2013, rasanya seperti melihat masalah demi masalah, layaknya sekuel film superhero. Tapi, diantara masalah-masalah yang ada, "post power syndrome" menjadi satu masalah kronis yang paling kelihatan.

Akibatnya, level performa Setan Merah jadi anjlok. Dari yang tadinya langganan ikut pacuan gelar juara, jadi mulai kesulitan tampil rutin di Liga Champions.

Celakanya, sekalipun sudah mengontrak pelatih pemenang gelar Liga Champions sekelas Louis Van Gaal dan Jose Mourinho, plus mendatangkan Cristiano Ronaldo pun, situasinya tak banyak berubah.

Memang, harapan besar muncul tahun ini, karena Erik Ten Hag berhasil didatangkan, dan mampu membuat impresi positif, berkat sejumlah penampilan bagus di fase pramusim. Harapan itu terlihat semakin menarik, karena pelatih asal Belanda itu identik dengan strategi sepak bola menyerang.

Seiring kedatangan eks pelatih Ajax Amsterdam itu, kesadaran soal pentingnya berproses mulai digaungkan. Sebuah pendekatan yang antara lain bertujuan untuk coba mengikis masalah "post power syndrome" di klub.

Seperti diketahui, setelah tuntasnya era gemilang Fergie, "post power syndrome"  cukup menjangkiti kubu Old Trafford, yang meyakini, mereka masih cukup menarik, punya banyak uang, dan basis penggemar luas.

Tapi, realita di lapangan menunjukkan, performa mereka justru jauh lebih hebat dalam menghasilkan meme lucu dan viral di media sosial, ketimbang mencetak prestasi keren di lapangan hijau.

Makanya, ketika pembaruan ala Ten Hag mulai berjalan, banyak yang langsung memprediksi, The Red Devils akan segera bangkit. Tapi, di saat harapan besar itu muncul, bayangan besar "post power syndrome" kembali muncul.

Kali ini, bayangan itu datang dari sosok Sir Alex Ferguson sendiri, dalam posisinya sebagai penasehat klub. Meski diklaim perannya tidak akan bersinggungan dengan peran Direktur Olahraga klub, bayangan "post power syndrome" tetap sulit disangkal.

Apalagi, sosok berusia 80 tahun itu diketahui ikut hadir di sesi latihan tim, dan berdiskusi dengan Cristiano Ronaldo. Seperti diketahui, kapten Timnas Portugal itu cukup getol ingin pindah, karena MU gagal lolos ke Liga Champions.

Jika dirunut ke belakang, sebenarnya Ferguson jugalah yang jadi sosok kunci kepulangan Ronaldo tahun lalu. Atas bujukannya, pemain yang tadinya hampir merapat ke Manchester City justru mendarat di sudut merah kota Manchester.

Pengaruh besarnya jugalah, yang membuat Ole Gunnar Solskjaer bisa mendarat di kursi pelatih MU. Legenda asal Norwegia itu bahkan sempat bertahan dengan aman, meski tetap dipecat karena performa tim anjlok di bulan-bulan akhir tugasnya.

Di era Ole, pelatih legendaris asal Skotlandia itu sempat beberapa kali hadir di sesi latihan tim, seperti yang dilakukannya baru-baru ini di era Erik Ten Hag.

Sebelumnya, ia juga jadi orang yang merekomendasikan nama David Moyes sebagai pengganti. Sebuah keputusan yang terbukti gagal total, karena "The Chosen One" akhirnya dipecat, tak sampai setahun setelah mulai bertugas.

Kalau tujuannya untuk memberi dukungan atau masukan, mungkin masih bisa dimengerti. Masalahnya, karena SAF belakangan sudah beberapa kali campur tangan dalam perkara teknis klub, keberadaan "post power syndrome" tampak sulit disangkal.

Meski pembaruan ala Ten Hag membawa optimisme besar, keraguan sama besar juga muncul, karena masalah "post power syndrome" terbukti masih ada.

Jika dibiarkan saja, ini akan membuat siapapun pelatih Manchester United, ia akan kesulitan mengeluarkan kemampuan optimal, karena masih ada intervensi dari orang yang tidak seharusnya terlibat sangat jauh di tim.

Selama "post power syndrome" masih ada dan jadi masalah akut di Teater Impian, selama itu pula Manchester United dan sebagian Manchunian akan terbuai dalam mimpi indah era kejayaan Sir Alex Ferguson.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun