Dalam bursa satu transfer, hubungan transaksional antara sebuah klub dan klub lain merupakan suatu hal biasa. Diluar itu, kadang terjadi perebutan, karena kebetulan mengincar pemain yang sama.
Tapi, apa yang ditampilkan Barcelona dan Chelsea di bursa transfer musim panas 2022 menjadi satu fenomena unik. Kedua tim terlibat persaingan dalam beberapa transfer sekaligus, dengan kondisi keuangan cukup bertolak belakang.
Chelsea punya kondisi finansial cukup sehat, hasil warisan era Roman Abramovich, sementara The Catalans masih terlilit hutang menumpuk, warisan era kepemimpinan Josep Maria Bartomeu.
Satu-satunya alasan mengapa rival bebuyutan Real Madrid ini bisa sibuk berbelanja pemain baru adalah, kecerdikan manajemen klub pimpinan presiden Joan Laporta dalam melakukan restrukturisasi gaji dan menghimpun suntikan dana dari penjualan persentase hak siar, merchandise, dan sponsorship.
Kisah unik kedua tim sebenarnya sudah hadir sejak paruh kedua musim lalu. Tepatnya, ketika Chelsea sedang limbung akibat proses pergantian pemilik klub yang cukup mendadak dan rumit, imbas aksi militer Rusia di Ukraina.
Akibatnya, Si Biru tak bisa memperpanjang kontrak pemain, sampai proses ini tuntas. Situasi ini lalu dimanfaatkan Barca untuk mendekati Andreas Christensen yang memasuki masa akhir kontrak di London, seperti halnya yang dilakukan Real Madrid pada Antonio Rudiger.
Selain bek asal Denmark itu, Blaugrana juga membidik Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta, duo bek sayap senior asal Spanyol, yang juga masuk masa akhir kontrak. Dari ketiganya, hanya Christensen yang akhirnya mendarat di Catalan secara gratis, sementara dua nama lainnya masih belum menemui kata sepakat.
Apesnya, Chelsea yang sempat memonitor situasi Ousmane Dembele gagal mengamankan tenaga pemain asal Prancis itu. Penyebabnya, Barca sukses memperpanjang kontrak sang pemain sampai tahun 2024.
Di bursa transfer musim panas, kedua klub juga bersaing langsung dalam saga transfer yang melibatkan Kalidou Koulibaly, Robert Lewandowski, Raphinha, dan Jules Kounde.
Keempatnya memang menjadi prioritas untuk menambal lini depan dan belakang masing-masing tim. Hanya saja, hasil akhirnya cukup beragam.