Uniknya, ketika sang psikolog, yang ternyata juga seorang penulis buku, mengetahui hobi menulis saya, dia lalu mendorong saya untuk terus membiasakan hobi ini. Obrolan waktu itu malah jadi sangat mengalir, karena sedikit membahas juga soal tulis menulis.
Dalam perjalanannya, saran ini membantu saya kembali menemukan ritme menulis secara rutin, dan menjadikannya sebagai satu terapi pencegah stres. Tidak perlu healing-healing kesana kemari, cukup menulis saja, sesuai saran tenaga ahli.
Saran ini memang butuh waktu untuk bisa dibiasakan. Tapi, ketika sudah mulai terbiasa, ini sangat membantu. Meski masih ada kekurangan, nyali untuk berekspresi dan bersikap tegas saat dibutuhkan pelan-pelan juga muncul, terutama saat ada sesuatu yang cenderung "toxic".
Terlepas dari situasi unik yang kadang bisa mengiringinya, kebaikan memang akan selalu mendatangkan hal baik juga, sekalipun itu pada awalnya dilakukan dari hal yang kita anggap biasa saja, saking rutinnya dilakukan.
Kita tidak akan pernah tahu, kapan persisnya. Tapi, ia akan selalu datang di waktu yang tepat. Bukan sesuai seperti yang kita mau, tapi sesuai dengan apa yang memang kita butuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H