Sebenarnya, PSG juga masih punya Lionel Messi yang punya angka gaji besar, dengan popularitas yang juga level global. Hanya saja, gaya hidup bintang Timnas Argentina itu relatif tidak aneh-aneh, sehingga bisa jadi panutan bagi rekan setimnya.
Terbukti, di usianya yang sudah menginjak 35 tahun, Si Kutu masih mampu berkontribusi buat tim, dan menjadi sosok yang cukup dihormati di ruang ganti. Situasinya sama sekali berbeda dengan Neymar yang baru berusia 30 tahun, tapi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Jadi, wajar kalau klub milik Nasser Al Khelaifi akhirnya mulai bersiap mendepak pemain yang punya kemampuan olah bola yahud ini. Beberapa opsi pun muncul, dua diantaranya adalah pulang ke Barcelona atau pindah ke Chelsea dan bekerja sama lagi dengan Thomas Tuchel.
Untuk soal harga transfer PSG agaknya telah siap "jual rugi". Dengan usianya yang sudah 30 tahun plus mulai langganan cedera, rasanya mustahil Neymar akan terjual dengan harga 222 juta euro, sama seperti harga belinya dulu.
Masalahnya, gaji besar eks pemain Barcelona itu jadi kendala. Tidak banyak klub yang bisa menanggung biaya sebesar itu, terutama dalam kondisi pemulihan ekonomi setelah sempat diterpa pandemi.
Praktis, kalau memang PSG mau melepas Neymar dalam waktu dekat, meminjamkan dengan menyelipkannya opsi transfer permanen adalah pilihan logis. Maklum, kontrak sang Brasileiro baru tuntas pada tahun 2025, dan punya opsi perpanjangan kontrak selama dua tahun berikutnya.
Situasi Neymar tentu saja jadi satu titik perubahan drastis di Parc Des Princes. Tapi, ini jadi satu indikasi positif, karena mereka tak lagi jadi "klub ambisius" yang hanya sibuk mengumpulkan pemain bintang, tapi mulai coba berproses menjadi satu tim yang kompak dan punya arah jelas.
Di sisi lain, andai Neymar benar-benar hengkang dan justru semakin redup setelah ini, pemain yang pada awal kemunculannya disebut sebagai "Pele Baru" ini akan menambah daftar "Pele Baru" yang gagal untuk sebatas mendekati level sang legenda, seperti yang dulu sudah dialami Zico dan Robinho.
Mungkin, inilah hasil sebuah label berat yang pada kasus Neymar diperparah dengan beban catatan cedera dan indisipliner. Miris sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H