Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Time Wasting", Sisi Menyebalkan Sepak Bola

17 Juni 2022   15:49 Diperbarui: 17 Juni 2022   15:59 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Time Wasting Jose Mourinho,kala  Chelsea menghadapi Liverpool di Anfield pada Liga Inggris musim 2013/2014 (Dailymail.co.uk)

Dalam olahraga sepak bola, ada banyak hal menarik, yang membuatnya disukai banyak orang. Mulai dari aksi individu, gol cantik, sampai momen dramatis, semuanya tersaji lengkap di lapangan hijau, dan cukup banyak yang jadi momen memorable, sekalipun kejadiannya sudah lewat bertahun-tahun.

Tapi, seperti dua sisi mata uang, sepak bola juga punya momen yang terkadang menyebalkan. Salah satunya adalah momen "time wasting" alias mengulur-ulur waktu.

Sebenarnya, ini adalah satu strategi defensif, dari tim yang ingin coba mempertahankan keunggulan atau ingin mencuri poin di kandang lawan. Biasanya, ini dilakukan di babak kedua, terutama di 15-30 menit terakhir pertandingan.

Tujuannya adalah untuk memperlambat tempo permainan, atau merusak momentum tim yang sedang menyerang. Hanya saja, caranya kadang sangat menjengkelkan.

Ada yang "berakting" seolah cedera parah, supaya ditandu keluar lapangan, tapi kemudian kembali ke lapangan dengan kondisi segar bugar. Ada juga yang sengaja memperlambat proses tendangan gawang, lemparan ke dalam atau eksekusi tendangan bebas.

Cara ini jadi terasa menyebalkan, karena cenderung provokatif. Kalau didiamkan waktu akan semakin terbuang percuma, tapi kalau direspon bisa menciptakan keributan, bahkan kericuhan. Apa boleh buat, jadi serba salah.

Bagian lain yang tak kalah menjengkelkan adalah, saat kiper menerima back pass, lalu memegang bola itu saat pemain lawan mendekat. Pada masa lalu, masalah ini menjadi satu penyebab utama hadirnya aturan "back pass".

Dimana, tim yang kipernya kedapatan menangkap umpan dari kaki rekan setimnya, akan langsung mendapat hukuman tendangan bebas, sekalipun posisi pelanggarannya terjadi di kotak penalti sendiri. Aturan ini diadopsi dari olahraga futsal.

Belakangan, hukuman untuk "time wasting" juga diperkeras, dengan adanya kartu kuning, bagi yang sengaja mengulur-ulur waktu, dan mengabaikan peringatan wasit.

Wacana lain yang juga muncul adalah menghadirkan kembali "tendangan ke dalam" menggantikan lemparan ke dalam. Seperti pada olahraga futsal dan sepak bola sebelum tahun 1863.

Dari sini, celah untuk membuang waktu sebenarnya sudah coba dikurangi FIFA, selain menerapkan injury time yang sudah lebih dulu ada. Tapi, celah lain dalam wujud pura-pura cedera dan delay saat tendangan bebas, situasi saat bola ditangkap kiper atau lemparan ke dalam ternyata masih menganga.

Belum lagi, dalam beberapa kasus, ada banyak tim yang melakukan pergantian pemain di masa injury time. Terlihat kurang kerjaan, tapi biasa terjadi.

Fenomena ini banyak terlihat, antara lain di Liga Indonesia atau Piala AFF. Dimana, lima belas menit terakhir kerap jadi waktu rawan.

Aksi Time Wasting Jordan Pickford di Derby Merseyside (Dailystar.co.uk)
Aksi Time Wasting Jordan Pickford di Derby Merseyside (Dailystar.co.uk)
Di kompetisi tingkat dunia pun, fenomena ini masih saja jadi bagian dari strategi bertahan. Salah satu contohnya hadir dalam Derby Merseyside di Stadion Anfield musim lalu, saat Jordan Pickford (kiper Everton) coba mengulur waktu, dengan menampilkan aksi seperti gambar di atas. Apes, aksi ini tak banyak membantu, karena Everton takluk 0-2 dari Liverpool.

Contoh lain yang tak kalah terkenal adalah aksi Jose Mourinho kala coba men-delay proses lemparan ke dalam Liverpool saat menangani Chelsea musim 2013/2014. Momen yang terjadi di Stadion Anfield itu sebenarnya cukup epik, tapi masih kalah pamor dengan insiden "terpeleset" yang dialami Steven Gerrard. Aksi ini terbilang sukses, karena di akhir pertandingan Chelsea menang 2-0.

Ditambah lagi, ada momen "water break" di pertengahan tiap babak, saat pertandingan berlangsung di daerah bersuhu tinggi. Akibatnya, injury time yang didapat juga jadi kurang maksimal, karena taktik mengulur waktu masih saja ada.

Ini baru "time wasting" yang terlihat secara kasat mata di lapangan, belum sampai korupsi atau pengaturan skor di luar lapangan .

Apa boleh buat, fenomena ini sedikit menimbulkan rasa jenuh pada permainan sepak bola. Terbukti, sebagian generasi muda kini mulai ada yang beralih ke futsal, basket atau e-sport, yang umumnya memang tak kenal "time wasting".

Seperti diketahui, dalam olahraga basket dan futsal, waktu permainan otomatis distop, setiap kali bola keluar lapangan. Otomatis, celah untuk membuang waktu jadi tertutup rapat. Kelebihan inilah yang masih belum ada di sepak bola.

Memang, menerapkan aturan serupa bisa dilakukan. Tapi, masih ada banyak hal yang perlu dipersiapkan, khususnya di negara berkembang. Kebetulan, di sebagian negara berkembang Video Assistant Referee alias VAR juga masih belum ada, karena harga perangkat dan biaya pelatihan yang mahal.

Jika ditambah dengan penerapan aturan ala futsal dan basket, bisa dipastikan, waktu yang dibutuhkan akan lebih lama. Tapi, ini memang perlu dilakukan, untuk membenahi kualitas permainan dan sentimen publik secara umum.

Maklum, disadari atau tidak, harga layanan streaming dan tiket pertandingan terus meningkat. Makin lama, angkanya makin di luar jangkauan masyarakat.

Padahal, di masa lalu, sepak bola adalah satu olahraga yang merakyat. Asal ada bola, semua bisa diatur.

Jika ongkos untuk menikmati pertandingan sepak bola semakin mahal, tapi aksi mengulur-ulur waktu masih merajalela di lapangan, rasanya ini akan jadi satu perseden buruk.

Jelas, semua masalah ini harus segera diperbaiki, supaya sepak bola benar-benar tetap jadi "the beautiful game". Jika tidak, ia akan semakin ditinggalkan di masa depan, karena wajah cantik sepak bola sudah semakin buruk rupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun