Selain itu, satu strategi lain Ancelotti yang jadi kunci kemenangan ada pada kecerdikannya, dalam memanfaatkan sisi kanan pertahanan Liverpool yang kerap ditinggal maju Trent Alexander-Arnold.
Di pos ini, Vinicius dengan kecepatan dan gocekannya kerap membuat Trent keteteran. Apa boleh buat. Ibrahima Konate beberapa kali harus berduel langsung dengan eks pemain Flamengo itu.
Strategi pelatih asal Italia itu memang sudah banyak diprediksi media. Meski sering macet, efeknya terbukti benar-benar sangat menentukan. Strategi gegenpressing ala Liverpool memang mampu meredam lini tengah yang digalang trio andalan Casemiro-Kroos-Modric di tengah.
Masalahnya, kelemahan di sektor kanan pertahanan masih jadi titik lemah. Terbukti, gol Vinicius hadir dari area ini. Cukup satu, dan semuanya beres.
Mungkin, hasil ini terasa kejam buat Liverpool, karena mereka bermain dengan baik, dan membuat banyak peluang. Di final kali ini, tak ada juga tragedi blunder dan cedera seperti empat tahun lalu.
Tapi, sepak bola memang lebih peduli pada hasil akhir. Inilah yang membuat kemenangan ini layak didapat dan dirayakan Real Madrid.
Sebaliknya, kekalahan 0-1 kali ini menunjukkan, Real Madrid, sang raja Eropa, masih jadi nemesis buat Liverpool di Liga Champions.
Sesuatu yang mungkin akan membuat penasaran tim ini, tapi bisa melecut semangat mereka ke depannya. Selebihnya, tinggal bagaimana mereka berbenah setelah kekalahan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H