Setelah melalui drama cukup panjang, akhirnya Kylian Mbappe memastikan diri bertahan di PSG akhir pekan lalu dan menyepakati kontrak kerja sampai tahun 2025. Keputusan ini disambut gembira kubu PSG, dan membuat Real Madrid patah hati.
Maklum, selama beberapa bulan terakhir, El Real kerap disebut berpeluang memboyong bintang Timnas Prancis itu ke Santiago Bernabeu, sebelum semuanya berubah total.
Memang, Mbappe banyak disebut menerima gaji besar dan peran istimewa di kontrak barunya. Makanya, ada perubahan yang mulai hadir di klub raksasa Prancis.
Terbukti, segera setelah kontraknya diperpanjang, PSG bersiap mencopot Leonardo Araujo dari pos direktur teknik, dan akan digantikan oleh Luis Campos, eks direktur teknik AS Monaco dan Lille OSC, yang memang dikenal sebagai ahli transfer andal di Prancis.
Selain itu, Les Parisiens juga akan mengupayakan transfer Ousmane Dembele dari Barcelona, mendepak Neymar, dan mendatangkan Zinedine Zidane di pos pelatih. Sesuai masukan (kalau tak boleh dibilang permintaan) eks pemain AS Monaco itu.
Tapi, di luar faktor gaji dan peran istimewanya, ternyata ada juga dua faktor politis yang ikut memengaruhi keputusan Si Kura-kura Ninja bertahan di Parc Des Princes.
Pertama, adanya andil dari Emmanuel Macron, yang notabene Presiden Prancis. Dalam beberapa bulan terakhir, orang nomor satu di Negeri Anggur ini beberapa kali mengontak Mbappe, guna membujuknya bertahan di Paris.
Alasannya, selain karena dianggap sebagai panutan bagi generasi muda Prancis, statusnya sebagai "akamsi" kota Paris juga akan berguna, untuk turut mensukseskan event Olimpiade 2024, yang sedianya akan digelar di Paris.
Jadi, memastikannya bertahan di PSG akan jadi faktor penting, untuk kepentingan nasional Prancis di event olahraga global itu.
Kedua, adanya "bocoran" info dari Nasser Al Khelaifi, terkait potensi pencoretan Real Madrid, Barcelona, dan Juventus dari ajang Liga Champions akibat kontroversi proyek ambisius Liga Super Eropa.
Bocoran dari bos PSG ini tentu saja bukan pepesan kosong, karena ia saat ini merupakan salah satu anggota Komite Eksekutif UEFA dan ketua Asosiasi Klub Eropa. Boleh dibilang, ia adalah "orang dalam" UEFA.
Seperti diketahui, meski Liga Super Eropa belakangan kolaps, Real Madrid bersama Juventus dan Barcelona masih ngotot untuk menggolkan proyek tandingan Liga Champions itu. Makanya, mereka masih bertahan di saat klub-klub lain sudah lama hengkang setelah diprotes suporter mereka.
Masalahnya, setelah keputusan UEFA sempat mentah di pengadilan umum, banding UEFA belakangan diterima Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Jadi, sanksi dari UEFA tinggal menunggu ketok palu.
Jika bocoran info dari Al Khelaifi benar, maka Real Madrid, Barcelona, dan Juventus akan dilarang tampil di Liga Champions selama beberapa tahun.
Pertimbangannya, mereka masih kukuh bertahan, sementara klub-klub lain yang sudah lebih dulu mundur rata-rata dijatuhi hukuman denda sampai puluhan juta pounds, plus menyepakati komitmen kesetiaan dengan liga dan UEFA.
Jadi, bukan kejutan kalau ketiga klub ini akan dapat sanksi lebih berat. Jika ini benar-benar terjadi, absen di Liga Champions akan jadi satu pukulan berat.
Pemasukan dan daya tarik klub di mata pemain bintang maupun sponsor juga akan berkurang. Jadi, bukan kejutan kalau pemain bintang yang sudah ada pun memilih hengkang ke klub yang tidak kena sanksi.
Sekalipun ketiganya merajai kompetisi domestik, ini akan percuma jika dilarang tampil di Liga Champions. Untuk Real Madrid dan Juventus, mereka mungkin masih bisa bertahan, andai sanksi UEFA cuma 2-3 tahun, karena kondisi keuangan mereka relatif sehat.
Tapi, ini akan jadi pukulan berat lainnya bagi Barcelona, yang kondisi finansialnya masih babak belur akibat merugi dan terlilit utang.
Otomatis, dengan ambisi Mbappe yang masih penasaran dengan trofi Liga Champions, situasi yang bisa terjadi di Los Blancos tidak akan sesuai dengan ambisinya.
Menariknya, andai Real Madrid, Barcelona, dan Juventus benar-benar diskors dari Liga Champions dalam waktu dekat, ini akan jadi satu momentum menarik buat kompetisi. La Liga Spanyol akan kehilangan jagoan utama di Liga Champions, sementara Serie A kehilangan satu wakil tradisional.
Andai benar terjadi, drama perpanjangan kontrak Kylian Mbappe akan jadi satu momentum kunci yang sangat unik, karena jadi awal semuanya terkuak.
Inilah satu kesempatan menarik bagi klub-klub ambisius macam PSG dan Manchester City, atau jagoan klasik macam Liverpool, AC Milan dan Bayern Munich mencatat sejarah lain di Eropa.
Akankah ini benar-benar terjadi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H