Di satu sisi, mungkin ini akan membuat suporter Manchester City geregetan, karena meski Kevin De Bruyne dkk tampil superior sepanjang musim ini, ternyata masih ada tim yang mampu menjadi lawan sepadan, bahkan sampai pekan terakhir.
Tapi, dari kacamata kompetisi, situasi ini jelas bagus, karena image kompetitif di Liga Inggris masih terjaga. Ada persaingan di pacuan juara, perebutan tiket Eropa, atau lolos dari jerat degradasi.
Tentu saja, ini akan menarik, karena setiap tim yang masih berkepentingan akan berusaha tampil maksimal. Pilihannya, menang atau tidak sama sekali.
Makanya, tidak aneh jika kita banyak melihat, Pep Guardiola, selaku pelatih Manchester City, belakangan rajin melempar komentar bernada psywar di media, yang dalam beberapa kesempatan juga direspon Juergen Klopp di kubu Liverpool.
Bagi tim yang secara matematis dan peringkat sudah aman di papan tengah, memang tidak ada tuntutan untuk tampil maksimal, tapi mereka bisa ikut menyumbang satu cerita memorable, jika mampu tampil lepas dan meraih hasil positif.
Alhasil, situasi dramatis di akhir musim sering membuat adrenalin naik, dan akan diingat sampai bertahun-tahun berikutnya. Ada dua rasa berbeda dari tim yang memang atau kalah secara dramatis, yang kelak menjadi satu warna lain dalam persaingan.
Secara spesifik, bagi Manchester City dan Liverpool, drama di penghujung musim ini akan jadi satu babak baru dalam rivalitas mereka, yang baru memanas dalam tiga tahun terakhir. Untuk pertama kalinya, Anfield dan Etihad Stadium akan berbagi ketegangan yang sama.
Apapun hasilnya nanti, rasa penasaran sudah pasti akan membuat rivalitas ini semakin menarik, karena ada sedikit tambahan bumbu di sini. Inilah yang layak kita nikmati, karena jadi satu alasan, mengapa Liga Inggris masih bisa menyebut diri sebagai salah liga paling kompetitif di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H