Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sedikit Nostalgia bersama Game Lawas

2 Mei 2022   04:44 Diperbarui: 2 Mei 2022   05:58 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trilogi Game permainan kartu Yu-Gi-Oh generasi awal (konami.com)

Di era digital ini, ada banyak pilihan game online maupun offline, yang bisa dimainkan untuk mengisi waktu senggang. Baik game generasi baru maupun lama, semuanya layak dimainkan.

Pertimbangannya beragam. Ada yang karena ingin bernostalgia, ada juga yang mempertimbangkan soal kepraktisan. Semua kembali ke selera dan pertimbangan masing-masing.

Diantara game digital yang ada, ada satu game lawas yang belakangan kembali saya mainkan, yakni game Yu-Gi-Oh, game permainan duel kartu asal Jepang. Game buatan Konami ini berbasis offline, dan biasa dimainkan di laptop.

Awalnya, game ini diadaptasi dari manga dan anime Yu-Gi-Oh, karya Kazuki Takahashi, sebelum akhirnya berkembang menjadi satu permainan kartu.

Inti permainannya simpel, yakni menghabiskan skor poin milik lawan secepat mungkin. Andai kesulitan, bisa juga mencoba untuk membuat lawan kehabisan kartu lebih cepat.

Di Indonesia, manga Yu-Gi-Oh diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo (tamat dalam 38 jilid), sementara anime-nya sempat ditayangkan di RCTI setiap hari Minggu pada tahun 2000-an. 

Dulu, saya memainkan game ini saat masih SMP. Memainkan game di laptop menjadi tahap lanjut, setelah sebelumnya biasa bermain secara langsung dengan teman-teman di sekolah, khususnya saat jam istirahat atau sepulang sekolah di akhir pekan, atau saat sekolah pulang lebih awal.

Secara permainan, aturannya cukup simpel. Secara personal, ini juga menyenangkan, karena bisa jadi momen interaksi bersama teman-teman.

Hanya saja, saya lebih sering kalah ketimbang menang. Selain karena banyak yang lebih jago, efek khusus dalam kartu permainan (yang umumnya menggunakan bahasa Inggris) kadang diterjemahkan secara berbeda.

Alhasil, daripada berdebat, saya memilih untuk mengalah. Dalam perjalanannya, saya lalu banting setir menjadi penjual kartu, karena koleksi kartu yang saya punya ternyata cukup diminati oleh teman-teman.

Tak disangka, ini laris manis. Nilainya pun cukup lumayan, sehingga saya bisa belanja buku bacaan sendiri. Ketidaksengajaan yang ternyata mengundang cuan.

Masa-masa "panen besar" biasanya datang saat libur sekolah. Sebelum liburan, teman-teman biasa memberikan daftar pesanan, yang saya cari saat liburan. Seusai liburan, saya datang membawa pesanan di jam istirahat, dan mereka membayar sesuai kesepakatan awal.

Profesi dadakan ini saya tekuni sampai lulus SMP. Saya masih ingat, dagangan kartu terakhir saya ludes, tak lama setelah acara perpisahan sekolah. Saat itulah, saya memutuskan pensiun sebagai penjual kartu.

Memori ini kadang muncul, setiap kali saya bermain game di laptop. Tentunya, dengan spek laptop yang sesuai perkembangan saat ini.

Setelah terlupakan selama belasan tahun terakhir, akhirnya saya bisa bernostalgia lagi dengan game itu. Lucunya, saya sempat ragu, apakah game itu bisa diinstal di laptop dengan sistem operasi Windows 11 atau tidak.

Maklum, spek minimal game ini adalah sistem operasi Windows XP atau Vista, generasi leluhur Windows 11. Saat ternyata game ini bisa diinstal dan dimainkan, serta bebas dari virus, rasanya lega sekali

Rasa lega itu semakin besar, karena game ini tidak makan banyak memori. Total, tiga seri yang saya install, yakni "Yugi The Destiny", "Kaiba The Revenge" dan "Joey The Passion" hanya membutuhkan total memori tak sampai 500 megabytes, tergolong kecil jika dibandingkan game generasi terkini.

Tiga seri ini merupakan generasi pertama game Yu-Gi-Oh, berdasarkan babak awal cerita di versi manga-nya. Tiga seri ini merupakan seri yang paling familiar buat saya, karena dulu pernah saya mainkan semasa remaja.

Sedikit kekecewaan sempat muncul, saat seri yang disebut kedua terdeteksi punya muatan virus, dan terhapus secara otomatis. Tapi, saya tetap bersyukur, karena ini menunjukkan, tidak ada masalah.

Mungkin, jenis game pilihan saya tergolong agak kuno, khususnya dalam konteks kekinian. Tapi, spesifikasinya yang tidak ribet, beserta sedikit memori masa lalu di dalamnya, menjadikan ini cukup spesial buat saya.

Satu hal lain yang saya suka dari permainan ini adalah, tidak ada ruang untuk berbuat curang. Semua tergantung pada ketepatan strategi dan sedikit keberuntungan. Sebuah permainan asah otak yang cukup menyenangkan.

Berbeda dengan saat pertama kali main dulu, saya tidak mulai dari nol, karena sudah punya versi lengkap kartunya. Selain karena untuk menghindari masalah "corrupted data", saya memilih menikmati permainan ini dengan sesekali bereksperimen, bongkar pasang formasi kartu, dan memainkannya di pertandingan.

Karena sifatnya yang offline, saya beberapa kali memainkannya, saat sedang terjadi mati listrik. Sambil menunggu listrik menyala, saya bisa menjadikan laptop sebagai lampu darurat dadakan, sambil bermain dengan santai.

Berhubung durasi permainannya relatif pendek, dan bisa tetap prima walau tidak dalam mode layar penuh, game ini benar-benar praktis untuk dimainkan. Bisa bersenang-senang sebentar, sambil sedikit bernostalgia, selalu jadi satu paket bonus  menarik, khas sebuah game lawas sepertinya.

Satu momen "terjebak nostalgia" yang cukup menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun