Dalam sepak bola, ada banyak hal, yang bisa mempengaruhi perjalanan karir seorang pemain dan arah kebijakan klub. Salah satunya, keberadaan agen pemain.
Seiring mekarnya industrialisasi sepak bola, peran agen pemain tampak semakin kompleks. Mereka bukan hanya menjadi "makelar" pemburu komisi biaya transfer pemain atau kontrak sponsor, tapi juga membantu si pemain menentukan ke mana dia akan bermain, atau melatih (jika setelah pensiun alih profesi menjadi pelatih).
Dalam perjalanannya, muncul agen-agen top, yang mengageni pemain sejumlah pemain bintang, misalnya Mino Raiola (Italia), Jorge Mendes (Portugal) atau Pini Zahavi (Israel).
Mereka dikenal punya kemampuan negosiasi istimewa, bahkan ada yang punya peran penting di klub tertentu. Sebagai contoh, dalam beberapa tahun terakhir, Jorge Mendes terlibat dalam peran sebagai konsultan di Wolverhampton Wanderers.
Inilah satu alasan, mengapa Wolves belakangan punya aroma Portugal yang kental. Selain pemain jebolan liga Portugal, Mendes juga mengageni pemain asal Brasil, misalnya Fabinho (Liverpool)
Sementara itu, Pini Zahavi dikenal sebagai agen Robert Lewandowski (Bayern Munich) dan Christopher Nkunku (RB Leipzig). Pada masa lalu, pria bernama asli Pinchas Zahavi ini pernah menjadi agen Rio Ferdinand.
Dirinya menjadi sosok di balik transfer mahal Ferdinand dari West Ham ke Leeds United dan Manchester United. Di luar itu, Zahavi diketahui ikut terlibat, dalam proses pembelian klub Chelsea oleh Roman Abramovich, juragan minyak asal Rusia yang juga berpaspor Israel.
Karena peran unik di klub inilah, Mendes dan Zahavi dikenal sebagai "agen super", karena mereka tidak hanya menjadi "makelar pemain", tapi sudah merambah ke manajemen klub.
Tapi, ada juga "agen super" yang dikenal karena ciri khasnya. Salah satu contohnya, Mino Raiola. Agen yang baru saja tutup usia pada 30 April 2022, dalam usia 54 tahun ini dikenal sebagai agen flamboyan, karena benar-benar unik.
Disebut demikian, karena agen kelahiran Italia ini mengageni pemain dengan beragam ciri khas. Ada yang bengal seperti Zlatan Ibrahimovic, unik seperti Mario Balotelli dan Paul Pogba, sampai yang relatif "lempeng" seperti Pavel Nedved.
Bukan cuma itu, ia juga dikenal pintar dalam menegosiasikan komisi besar buat keuntungan dirinya dan pemain. Salah satunya terjadi pada transfer Paul Pogba, dari Juventus ke Manchester United tahun 2016
Kala itu, transfer ini sempat menjadi rekor transfer pemain termahal dunia, dengan total ongkos 89 juta pounds. Rinciannya, 67 juta pounds menjadi hak Juventus, dan 22 juta pounds menjadi komisi buat Raiola.
Pogba sendiri kini masih menjadi salah satu pemain bergaji besar di Liga Inggris, dengan gaji 290 ribu pounds per pekan. Meski performanya di Old Trafford angin-anginan, kemampuan negosiasi Raiola telah terbukti membuatnya tetap mengantongi gaji besar.
Sebelum wafat karena sakit, sosok bernama asli Carmine Raiola ini juga menjadi agen Erling Haaland, penyerang berbakat asal Norwegia, yang belakangan ditaksir sejumlah klub raksasa Eropa.
Meski jadi properti panas, negosiasi transfer bintang Borussia Dortmund ini terbilang cukup alot, karena selain melibatkan paket gaji besar, ada biaya komisi untuk agen dan keluarga, dengan nominal cukup besar.
Di luar benua Eropa, ada satu lagi agen super, yang dikenal sebagai negosiator ulung, yakni Kia Joorabchian. Agen asal Iran ini mengageni sejumlah pemain asal Amerika Selatan, khususnya Brasil.
Coutinho, dari Liverpool ke Barcelona, pertengahan musim 2017/2018.
Kala itu, Barcelona harus merogoh kocek 160 juta euro, setelah melalui proses negosiasi cukup alot. Sayang, transfer ini menjadi satu flop terparah Barca, karena pemain asal Brasil ini justru bersinar, saat dipinjamkan ke Bayern Munich dan Aston Villa.
Selain Coutinho, ada Ramires dan Oscar yang juga sukses dijual dengan harga mahal ke klub Liga Super Tiongkok, dengan paket gaji yang sempat menjadikan mereka masuk daftar pemain bergaji termahal di dunia.
Untuk transfer kontroversial, dirinya menjadi sosok di balik kedatangan Carlos Tevez dan Javier Mascherano dari Corinthians (Brasil) ke West Ham pada musim 2006/2007. Corinthians sendiri adalah klub yang pendanaannya ikut disokong Joorabchian, lewat perusahaan Media Sports Investment miliknya.
Duo Argentina itu memang sukses menjadi penyelamat klub dari jerat degradasi. Masalahnya, dugaan pelanggaran aturan kepemilikan "pihak ketiga" menjadikan transfer ini kontroversial, sampai sempat dipermasalahkan oleh Sheffield United, yang kala itu terdegradasi.
Uniknya, meski punya kapasitas sebagai agen super, Joorabchian tak pernah menganggap dirinya sebagai seorang agen pemain, tapi lebih dari itu. Hal ini terlihat, antara lain dari koneksinya dengan Farhad Moshiri (pemilik Everton asal Iran) dan perannya sebagai penasehat di Reading, klub kasta kedua Liga Inggris.
Meski terdengar agak aneh, evolusi peran agen pemain, yang belakangan menghadirkan sosok "agen super" memang menjadi satu hal tak terhindarkan dari dinamisnya perkembangan sepak bola modern.
Pada akhirnya, sepak bola modern bukan lagi sebuah olahraga belaka, tapi telah menjadi satu bisnis, dengan nilai perputaran uang begitu besar di berbagai sektor, termasuk agensi pemain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H