Tentunya, ini akan jadi pengalaman baru, sekaligus titik rawan eks pelatih Go Ahead Eagles, yang selama ini lebih banyak melatih tim senior di Liga Belanda, negara yang medianya relatif lebih "kalem" ketimbang Inggris.
Dengan durasi kontrak selama tiga tahun plus opsi perpanjangan kontrak selama setahun buat Ten Hag, ini bisa dipahami sebagai satu manuver "jaga-jaga" manajemen klub, andai situasi seperti Van Gaal, Jose Mourinho, dan Ole Gunnar Solskjaer kembali terjadi.
Di sisi lain, tersirat juga indikasi bahwa Ten Hag hanya punya waktu maksimal dua tahun, untuk melakukan "trial and error" di Manchester, dengan musim ketiga sebagai "musim penghakiman".
Dengan sebagian suporter dan petinggi klub yang masih terjangkit "post power syndrome" pasca era Sir Alex Ferguson, tekanan seperti ini jelas akan terus ada, pada siapapun pelatih baru United. Inilah ujian umum buat mereka, di kursi panas pelatih.
Jika sukses lulus ujian, maka perpanjangan kontrak jangka panjang seharusnya sudah siap menanti. Tapi, kalau ternyata tetap flop seperti sebelumnya, bisa dipastikan Ten Hag akan jadi "Louis Van Gaal jilid dua" di Manchester, alih-alih "Erik Ten Hag jilid satu".
Akankah sejarah (kembali) terulang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H