Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Villarreal dan Memori 2006

13 April 2022   10:35 Diperbarui: 14 April 2022   03:07 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liga Champions musim ini menghadirkan sejumlah kejutan. Mulai dari rontoknya Barcelona di fase grup, sampai kiprah lesu wakil Italia.

Tapi, jika boleh menyebut satu kejutan positif, maka kiprah Villarreal menjadi satu cerita spesial. Maklum, dengan materi tim relatif seadanya, dan dilatih oleh Unai Emery, yang sempat dicapb"gagal" di Arsenal, mereka bisa melangkah jauh.

Setelah mengalahkan Juventus di babak perdelapan final dengan agregat 4-1, wakil Spanyol itu kembali membuat kejutan, dengan mendepak Bayern Munich (Jerman) di perempatfinal dengan agregat 2-1.

Hasil ini didapat di Allianz Arena, Jerman, Rabu (13/3, dinihari WIB), setelah gol Robert Lewandowski mampu disamakan Samuel Chukwueze di menit-menit akhir pertandingan. Sepekan sebelumnya, Die Roten dipaksa takluk 0-1 di Spanyol, lewat gol tunggal Arnaut Danjuma.

Lolosnya Gerard Moreno dkk ke semifinal Liga Champions jelas menjadi satu kejutan besar. Maklum, tim ini awalnya hanya datang lewat jalur khusus, karena menjadi juara Liga Europa musim lalu.

Andai tak juara Liga Europa, tim dari wilayah Asturias ini hanya akan tampil di UEFA Europa Conference League (kompetisi antarklub Eropa kasta ketiga). Maklum, mereka hanya finis di posisi ketujuh klasemen akhir La Liga Spanyol musim lalu.

Uniknya, faktor inilah yang membuat UECL musim ini tidak diikuti satupun klub Spanyol. Meski begitu, pecinta sepak bola tentu tidak akan protes, karena "peserta jalur khusus" Liga Champions kali ini tampil luar biasa, jauh melebihi perkiraan awal siapapun.

Kehadiran Si Kapal Selam Kuning di semifinal Liga Champions musim ini menjadi yang kedua sepanjang sejarah klub. Sebelumnya, mereka pernah mencapai babak ini di musim 2005/2006.

Selebrasi gol Samuel Chukwueze ke gawang Bayern Munich pada leg kedua perempatfinal Liga Champions, Rabu (13/4, dinihari WIB) (Tribunnews.com)
Selebrasi gol Samuel Chukwueze ke gawang Bayern Munich pada leg kedua perempatfinal Liga Champions, Rabu (13/4, dinihari WIB) (Tribunnews.com)

Kala itu, mereka hadir sebagai tim debutan, setelah musim sebelumnya finis di posisi ketiga La Liga Spanyol di bawah komando Manuel Pellegrini (Chile, kini melatih Real Betis).

Mengawali kiprah di babak kualifikasi, tim berkostum kuning ini seperti berjodoh dengan kejutan. Dimotori duet Diego Forlan-Juan Roman Riquelme di lini serang, sejumlah lawan tangguh sukses dilewati.

Mulai dari Everton-nya David Moyes di babak kualifikasi, Manchester United dan Benfica (Portugal) di fase grup, sampai Glasgow Rangers (Skotlandia) di babak perdelapan final, sebentuk cerita dongeng telah hadir, berkat koneksi ajaib duet Forlan-Riquelme.

Mereka bahkan disebut sebagai "Tim Cinderella" saat itu, setelah akhirnya mampu lolos ke babak semifinal. 

Sejarah ini hadir, usai Juan Pablo Sorin dkk mengalahkan Inter Milan (Italia) asuhan Roberto Mancini, yang kala itu diperkuat pemain macam Adriano (Brasil) dan Javier Zanetti (Argentina) di babak perempatfinal.

Sayang, asa untuk melaju ke final harus pupus, setelah El Amarillo Submarino kalah agregat 0-1 dari Arsenal (Inggris), tim kejutan lain yang muncul saat itu.

Kekalahan ini juga terasa dramatis, karena pada leg kedua, ada kesempatan menyamakan skor agregat, lewat hadiah penalti di menit-menit akhir pertandingan. 

Apes, eksekusi Riquelme mampu digagalkan Jens Lehmann, kiper legendaris The Gunners asal Jerman.

Memori historis tahun 2006 ini memang masih menjadi kenangan "manis-manis pahit" buat The Yellow Submarine. Tapi, memori ini kembali hadir 16 tahun kemudian, seiring kesuksesan mendepak Bayern Munich.

Alasannya bukan hanya karena mereka kembali lolos ke semifinal, tapi ada beberapa kemiripan, antara perjalanan mereka dulu dengan sekarang.

Pertama, seperti enam belas tahun lalu, tim asuhan Unai Emery bertemu dengan Manchester United di fase grup. Kedua, ada tim Italia yang berhasil dikalahkan. 

Bedanya kali ini bukan cuma satu tapi dua klub sekaligus. Selain mengalahkan Juventus, Atalanta juga sudah disingkirkan di fase grup, tepat di matchday terakhir.

Ketiga, akan ada nuansa nostalgia di babak semifinal, karena pemenang duel Benfica vs Liverpool sudah menunggu. 

Jika Benfica lolos, reuni 2006 akan terwujud, sementara jika Liverpool yang lolos, nuansa nostalgia memori 2006 juga akan hadir, karena mereka akan kembali menghadapi wakil Inggris di semifinal.

Semua kemiripan ini mau tak mau membawa memori 2006 kembali hadir, hanya setahun setelah meraih trofi Liga Europa pertama sepanjang sejarah klub. Tentu saja ini menjadi satu titik tertinggi klub di kancah Eropa, meski di liga domestik masih tersendat.

Praktis, kini memori 2006 itu akan menjadi satu tantangan tersendiri, karena ada kesempatan mencatat sejarah lain di Eropa. Tak tanggung-tanggung, kali ini kesempatan itu hadir di Liga Champions.

Mampukah Villarreal kembali mencetak sejarah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun