Mengawali kiprah di babak kualifikasi, tim berkostum kuning ini seperti berjodoh dengan kejutan. Dimotori duet Diego Forlan-Juan Roman Riquelme di lini serang, sejumlah lawan tangguh sukses dilewati.
Mulai dari Everton-nya David Moyes di babak kualifikasi, Manchester United dan Benfica (Portugal) di fase grup, sampai Glasgow Rangers (Skotlandia) di babak perdelapan final, sebentuk cerita dongeng telah hadir, berkat koneksi ajaib duet Forlan-Riquelme.
Mereka bahkan disebut sebagai "Tim Cinderella" saat itu, setelah akhirnya mampu lolos ke babak semifinal.Â
Sejarah ini hadir, usai Juan Pablo Sorin dkk mengalahkan Inter Milan (Italia) asuhan Roberto Mancini, yang kala itu diperkuat pemain macam Adriano (Brasil) dan Javier Zanetti (Argentina) di babak perempatfinal.
Sayang, asa untuk melaju ke final harus pupus, setelah El Amarillo Submarino kalah agregat 0-1 dari Arsenal (Inggris), tim kejutan lain yang muncul saat itu.
Kekalahan ini juga terasa dramatis, karena pada leg kedua, ada kesempatan menyamakan skor agregat, lewat hadiah penalti di menit-menit akhir pertandingan.Â
Apes, eksekusi Riquelme mampu digagalkan Jens Lehmann, kiper legendaris The Gunners asal Jerman.
Memori historis tahun 2006 ini memang masih menjadi kenangan "manis-manis pahit" buat The Yellow Submarine. Tapi, memori ini kembali hadir 16 tahun kemudian, seiring kesuksesan mendepak Bayern Munich.
Alasannya bukan hanya karena mereka kembali lolos ke semifinal, tapi ada beberapa kemiripan, antara perjalanan mereka dulu dengan sekarang.
Pertama, seperti enam belas tahun lalu, tim asuhan Unai Emery bertemu dengan Manchester United di fase grup. Kedua, ada tim Italia yang berhasil dikalahkan.Â
Bedanya kali ini bukan cuma satu tapi dua klub sekaligus. Selain mengalahkan Juventus, Atalanta juga sudah disingkirkan di fase grup, tepat di matchday terakhir.