Alhasil, label "alumni" pun bisa terucap dengan rasa bangga. Kalau ada acara temu alumni, sebisa mungkin pasti akan menyempatkan datang sebentar.
Tapi, masih adanya institusi yang menerapkan mentalitas "standar ganda" dan terlalu mengutamakan "asas manfaat", kadang membuat label "alumni" jadi terasa agak memalukan.
Jadi, bukan mengejutkan kalau ada alumni yang sebisa mungkin akan absen di acara temu alumni. Tentu saja, ini bukan sebuah kesalahan, karena mereka hanya mengikuti contoh yang sudah lebih dulu ada.
Sekolah atau kampus yang dulu terbiasa memperlakukan alumni seperti mesin ATM, kolektor trofi, atau sapi perah, tidak seharusnya berhak merasa tersakiti. Ini justru menunjukkan, apa yang mereka contohkan bisa diterapkan dengan baik.
Jika sekolah atau kampus benar-benar mendidik alumninya sebagai manusia, dia akan menjadi manusia yang selalu ingat untuk memanusiakan sesamanya.
Pada akhirnya, sisi membingungkan pada label "alumni" ini menunjukkan, cara pandang dan pendekatan macam apa yang ada di sana. Baik dalam institusi atau manusianya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H