Dia jadi tidak peka pada privasinya sendiri, apalagi orang lain, dan tidak waspada. Yang penting bisa pamer, lainnya diurus belakangan. Akibatnya, sedikit-sedikit pamer, lama-lama jadi toksik.
Bagian paling apes adalah, jika suatu saat orangtua si anak tersangkut perkara negatif, misalnya menjadi pelaku kasus penipuan. Orang-orang akan ikut menjadikannya sasaran tembak, sekalipun anak ini sebenarnya tidak bersalah.
Kasus ini mirip seperti karakter Suneo di manga Doraemon, yang sering pamer mainan baru atau bercerita tentang perjalanan wisatanya. Gaya bercerita tengil dan sifat narsisnya selalu sukses membuat teman-temannya iri.
Tapi, tingkah laku bocah tajir bermulut mancung ini sering jadi bumerang. Kadang, mainannya rusak atau dirampas Giant, teman bengalnya yang hobi baku hantam. Bagian paling ekstrem, ada saatnya dia dikucilkan karena terlalu suka pamer dan narsis
Begitu juga saat si anak jadi sosok bermasalah akibat salah asuhan. Anak yang dulunya dipamerkan seperti barang antik kini disembunyikan sebisa mungkin, seperti barang ilegal.
Dampak-dampak ini jelas mengerikan sekaligus mengenaskan. Mengerikan karena bisa merusak banyak hal sekaligus, dan mengenaskan karena ini semua muncul, hanya karena kurang bisa menjaga sikap.
Disadari atau tidak, "flexing" yang berlebihan justru menunjukkan seberapa parah ketidaksiapan mental seseorang, dalam menjaga "titipan" yang ada padanya.
Sebagai contoh, mereka yang benar-benar siap untuk kaya, tidak akan mudah bertindak sembrono, karena sudah memperhitungkan segala sesuatu dengan cermat. Mereka memilih "tidak terlihat" dari luar, tapi bisa membantu saat dibutuhkan. Bukan sebaliknya.
Mereka yang punya anak karena memang "siap" pasti akan menjaga betul kenyamanan sang anak, yang memang merupakan sebuah tanggung jawab. Ini jelas berbeda dengan mereka yang punya anak hanya karena dikejar-kejar oleh pertanyaan "kapan" dari orang lain.
Tidak semua harus dipamerkan, karena satu hal yang suatu saat jadi hal kebanggaan, bisa menjadi sumber masalah di lain waktu, jika tidak dijaga dengan baik.
Seharusnya, kita bisa menjaga privasi diri, sama seperti menjaga bagian privat tubuh kita, seperti yang sudah rutin dilakukan setiap hari.