Di era digital ini, ada banyak fenomena unik yang mewarnai dunia kerja. Salah satunya adalah dengan kemunculan akun-akun yang menjadi tempat "curhat" para pekerja, terkait keseharian mereka di tempat kerja.
Ada yang banyak membahas tentang masalah gaji, ada yang tanpa malu-malu menceritakan tingkah atasannya, dan ada juga yang membeberkan "drama Korea" di dalam kantor mereka. Tentu saja dengan sudut pandang personal masing-masing.
Uniknya, akun-akun "tempat curhat" ini kadang juga menampilkan isu-isu terkini, lengkap dengan ruang bebas beropini di kolom komentar.
Bukan cuma itu, info lowongan kerja dan penilaian soal satu tempat kerja langsung dari "orang dalam" juga bertebaran di sini. Ada juga petisi-petisi yang disebar, seperti protes terkait kebijakan JHT oleh pemerintah, yang belakangan diralat pemerintah.
Fenomena ini muncul, bersamaan dengan masuknya generasi Milenial dan generasi Z ke dunia kerja. Dengan pola pikir lebih bebas, plus penguasaan teknologi yang sangat baik, media sosial telah dimanfaatkan menjadi satu ruang bebas berekspresi.
Tidak seperti generasi-generasi sebelumnya yang cenderung diam, generasi Milenial dan generasi Z jauh lebih ekspresif, terutama jika pendapatnya tidak diakomodir di internal perusahaan.
Bentuknya bukan lagi sebatas aksi demo turun ke jalan atau bakar ban mobil bekas saja, tapi sudah berkembang pesat. Ada yang berceloteh secara satir, ada yang memasang meme-meme lucu tapi sangat relevan, dan ada juga yang menulis kalimat-kalimat kritik secara jenaka.
Situasi ini rupanya mampu ditangkap dengan baik, hingga menjadi satu peluang, oleh para kreator konten media sosial. Alhasil, ada banyak akun sejenis dengan banyak followers, lengkap dengan kolom komentar yang selalu riuh, seperti sedang ada operasi pasar dari pemerintah.
Jika konteksnya adalah kebebasan berekspresi, sebenarnya tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Apalagi, kebebasan berekspresi memang menjadi satu hak asasi manusia, yang sudah dijamin undang-undang.
Tapi, jika melihat situasinya, kehadiran akun-akun tempat curhat para pekerja ini justru menunjukkan, ada banyak masalah, di dunia kerja negara kita. Apa yang seharusnya menjadi urusan yang selesai di tempat kerja, justru menjadi konsumsi publik, karena diumbar di media sosial.