Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kisah Minyak Goreng dan Label Barunya

19 Maret 2022   13:01 Diperbarui: 19 Maret 2022   18:15 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Mice Cartoon Indonesia 

Dia adalah kawan sehari-hari banyak orang. Bukan seperti Olive Oil yang sudah jadi milik mutlak Popeye, pelaut kekar pemakan bayam kalengan.

Dia ada di mana-mana, di rumah, di warteg, di warung tenda, warung gerobak, restoran, sampai warung "amigos" alias "agak minggir got sedikit".

Dialah satu-satunya gorengan yang selalu digoreng di penggorengan, tapi tidak pernah matang.
Tanpanya rasa asin tak akan jadi gurih, dan tekstur renyah hanyalah dongeng.

Kalau kata lirik lagu "Risalah Hati",

Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu

Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih
Ku harus milikimu

Itulah minyak goreng. Teman sehari-hari rakyat di satu negeri penghasil kelapa sawit terbesar dunia.

Sayang, suatu hari, saat semua orang membutuhkannya, dia menghilang seperti Avatar. Semua toko berubah jadi medan perang, karena emak-emak yang tak terkalahkan sudah turun tangan.

Dari supermarket sampai toko kelontong, dari yang asli sampai oplosan, semua diserbu tanpa ampun, sampai habis tak bersisa. Persetan dengan merek dan kualitas, yang penting itu minyak goreng.

Sebuah kekuatan yang menyeramkan, sampai membuat pemerintah kebingungan harus berbuat apa. Maklum, kalau sudah turun tangan, emak-emak tidak pernah salah. Polisi memberi surat burung ketilang saja berani didebat, apalagi cuma penjual minyak goreng.

Tapi, secara aneh bin ajaib, segera setelah harga minyak goreng dinaikkan sampai hampir dua kali lipat, minyak goreng tiba-tiba tersedia melimpah ruah di semua toko.

Seperti tahu bulat digoreng dadakan. Sudah pasti, ada coklat dibalik roti isi. Sayang, isi coklatnya pelit.

Sumber gambar: Mice Cartoon Indonesia 
Sumber gambar: Mice Cartoon Indonesia 
Apalagi, pemerintah cuma bisa meminta maaf, setelah menaikkan harga dengan enaknya. Persis seperti tokoh dokter di sinetron televisi kesayangan emak-emak, yang selalu berkata, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin", meski sebenarnya tak melakukan apapun.

Oke, seorang negarawan (sebut saja Kanjeng Mami) dengan santainya mengatakan, sudah saatnya masyarakat beralih ke makanan kukus dan rebus, yang konon katanya lebih sehat ketimbang gorengan.

Saran ini terdengar bagus, tapi justru memperlihatkan kecerobohannya. Tidak tahukah Kanjeng Mami, kalau kenaikan harga minyak goreng ini akan membuat harga-harga kebutuhan lain ikut naik?

Inilah yang berbahaya, karena sekali harga kebutuhan naik, sangat sulit untuk menurunkan, dan kalau dibiarkan saja, akan banyak penjual gorengan yang gulung tikar.

Sebagai mantan anak kost di ibukota, saya masih ingat betul, harga menu gorengan masih jauh lebih waras buat kesehatan kantong, ketimbang harga menu makanan kukus dan rebus, menu yang ironisnya lekat dengan isi kantong orang kaya raya.

Memang, harga dan bujet belanja bisa diakali, tapi kalau itu menyebabkan kanker alias kantong kering, masyarakat lagi yang disalahkan, karena dianggap tidak berhemat.

Apa boleh buat, rakyat lagi yang salah. Seperti Mohamed Salah, orang Mesir yang tidak betul karena namanya memang Salah.

Saya curiga, jangan-jangan pemerintah, Kanjeng Mami, dan para pembesar sudah mencontek jurus andalan emak-emak yang selalu benar.

Jadinya begini, aturan pertama, pemerintah selalu benar. Aturan kedua, jika pemerintah salah, kembali lagi ke aturan pertama.

Digorengnya harga minyak goreng ini juga menjadi satu tragedi, karena Indonesia adalah salah satu penghasil kelapa sawit terbesar dunia. Oh, maaf, kami lupa, kekayaan alam ini milik para pembesar.

Kalau sudah begini, kami bisa apa?

Padahal, disaat harga kebutuhan pokok naik, angka gaji tak pernah ikut naik.  Pemberi gaji justru selalu punya cara untuk memotong gaji, kalau bisa tak keluar ongkos sepeserpun.

Persis seperti Suneo, si bibir mancung yang selalu bisa mengambil hati Giant si tukang ngamuk bersuara besi karatan.

Mungkin, pemerintah ingin menjadikan minyak goreng "naik kelas" menjadi setara mas kawin atau pengganti buket bunga, karena harganya sudah setara. Labelnya pun tidak main-main: mahal.

Mungkin, inilah saatnya minyak goreng disebut sebagai "Emas Kuning", karena harga mahalnya. Jadi, kalau istri atau pacar Anda ngambek, belikan saja sepuluh liter minyak goreng. Dapur aman, pasangan pun senang, bebas dari perang.

Tapi, berhubung masyarakat kita kadang sangat kreatif, jangan kaget kalau nanti ada paket minyak goreng versi ketengan. Rokok dan paket data saja punya versi ketengan, kenapa minyak goreng tidak?

Dengan pendekatan pemerintah yang seperti ini, rasanya bukan kejutan kalau nanti harga BBM akan ikut naik dalam waktu dekat. Memang, kalau pembesar sudah turun tangan, rakyat cuma bisa cemburu, karena lagi-lagi dinomorduakan oleh pemerintah.

Persis seperti pria sederhana yang diselingkuhi pasangannya, hanya karena ada pria lain yang punya segepok uang. Tak peduli dia "crazy rich" yang diciduk polisi karena investasi bodong atau bukan. Sekali dapat duit, just do it, seperti kata iklan.

Apa boleh buat, dimata mereka yang ingin berkuasa, rakyat adalah "kekasih nomor satu", hanya pada saat pemilu. Habis manis ampas kopi dibuang.

Tapi, karena demo masih dilarang di masa pandemi, supaya lebih estetik, izinkan kami menyanyikan lirik lagu "Cemburu", sebagai sebentuk curhat kami buat pemerintah dan para penggoreng harga minyak goreng.

Meskipun aku pacar rahasiamu
Meskipun aku selalu yang kedua
Tapi aku manusia
Yang mudah sakit hatinya

Mungkin memang nasibku
Yang s'lalu menunggu
Untuk jadi yang pertama

Mungkin kukatakan kepadanya saja
Bahwa aku juga milikmu
Bahwa aku juga, uh-uh-uh-uh
Bahwa aku juga, kekasih hatimu

Semoga minyak goreng yang sedang kalian goreng bisa cepat matang dan rasanya enak.

Dari kekasihmu di masa pemilu.

Bonus Track 1:


Bonus Track 2:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun