Kalau sudah begini, kami bisa apa?
Padahal, disaat harga kebutuhan pokok naik, angka gaji tak pernah ikut naik. Â Pemberi gaji justru selalu punya cara untuk memotong gaji, kalau bisa tak keluar ongkos sepeserpun.
Persis seperti Suneo, si bibir mancung yang selalu bisa mengambil hati Giant si tukang ngamuk bersuara besi karatan.
Mungkin, pemerintah ingin menjadikan minyak goreng "naik kelas" menjadi setara mas kawin atau pengganti buket bunga, karena harganya sudah setara. Labelnya pun tidak main-main: mahal.
Mungkin, inilah saatnya minyak goreng disebut sebagai "Emas Kuning", karena harga mahalnya. Jadi, kalau istri atau pacar Anda ngambek, belikan saja sepuluh liter minyak goreng. Dapur aman, pasangan pun senang, bebas dari perang.
Tapi, berhubung masyarakat kita kadang sangat kreatif, jangan kaget kalau nanti ada paket minyak goreng versi ketengan. Rokok dan paket data saja punya versi ketengan, kenapa minyak goreng tidak?
Dengan pendekatan pemerintah yang seperti ini, rasanya bukan kejutan kalau nanti harga BBM akan ikut naik dalam waktu dekat. Memang, kalau pembesar sudah turun tangan, rakyat cuma bisa cemburu, karena lagi-lagi dinomorduakan oleh pemerintah.
Persis seperti pria sederhana yang diselingkuhi pasangannya, hanya karena ada pria lain yang punya segepok uang. Tak peduli dia "crazy rich" yang diciduk polisi karena investasi bodong atau bukan. Sekali dapat duit, just do it, seperti kata iklan.
Apa boleh buat, dimata mereka yang ingin berkuasa, rakyat adalah "kekasih nomor satu", hanya pada saat pemilu. Habis manis ampas kopi dibuang.
Tapi, karena demo masih dilarang di masa pandemi, supaya lebih estetik, izinkan kami menyanyikan lirik lagu "Cemburu", sebagai sebentuk curhat kami buat pemerintah dan para penggoreng harga minyak goreng.
Meskipun aku pacar rahasiamu
Meskipun aku selalu yang kedua
Tapi aku manusia
Yang mudah sakit hatinya