Ketika tahun berganti, saya juga menemukan lagi sentuhan yang sempat hilang akibat dulu terlalu sibuk. Ada rasa nyaman, karena masih bisa menulis, dengan frekuensi lebih konsisten.
Sehari satu, jika terlewatkan bisa membuat dua. Topiknya pun bebas, sekenanya sesukanya, senyamannya.
Soal bagus atau tidaknya, itu terserah admin atau pembaca. Saya tidak berhak menilai, apakah tulisan saya bagus atau tidak. Bagi saya, sebuah tulisan layak disebut bagus, jika orang lain (selain si penulis) yang menganggapnya demikian.
Sebagai penulis, saya hanya menayangkan tulisan yang menurut saya pantas ditayangkan. Bisa menulis tanpa kena masalah saja sudah menyenangkan, apalagi kalau responnya positif.
Di sini, ada satu hal yang membuat saya sedikit terkejut, yakni kadang muncul nyali untuk menulis artikel dengan topik yang agak berat, tapi relevan dengan situasi terkini.
Sebenarnya ada banyak artikel sejenis di waktu hampir bersamaan, tapi adanya ruang bebas untuk menyuarakan pendapat sendiri menjadi pembeda, karena dari sinilah perspektif hadir dan memberi warna khas.
Jadi, bukan kecepatan yang diutamakan, tapi keberagaman dan kekhasan perspektif lah yang dihadirkan. Inilah satu bagian paling menyenangkan dari menulis (menurut saya).
Tanpa kebebasan ini, menulis jadi hambar, dan akan sia-sia, karena tak ada keinginan untuk berkembang. Tulisan dengan sudut pandang sama persis dengan yang lain, justru akan buruk jika dibiasakan.
Tapi, untuk topik yang mungkin agak berat atau menyerempet hal sensitif, saya belum lama ini mendapat dua  pengalaman berbeda, akibat keisengan saya.
Pertama, ada tulisan saya yang sempat dikarantina selama beberapa menit (sebelum diterbitkan), karena membahas tokoh pemilik klub sepak bola yang pernah atau sedang tersangkut imbas gejolak politik suatu negara. Kebetulan, salah satu gejolak politik yang dibahas memang sedang terjadi.
Mungkin ini agak usil, tapi ketika perkembangannya benar-benar mengarah ke sana, dan menghadirkan tulisan-tulisan berdasarkan berita itu, apa yang saya tampilkan tetap bisa memberikan warna tersendiri, karena beda perspektif.