Karenanya, pemerintah, dalam hal ini Kemenparekraf, perlu menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup, masyarakat setempat, dan komunitas pecinta alam. Kebetulan, selain punya potensi wisata jelajah alam di area bukit savana, Likupang juga punya potensi wisata kemping pantai di Pulau Lihaga.
Kalau masih kurang, organisasi lingkungan hidup dunia (WWF) juga bisa digandeng. Kebetulan, Likupang pernah disorot dunia karena menjadi tempat penemuan Penyu Hijau di tahun 2007.
Jadi, ada langkah "perawatan' terpadu, untuk menjaga keindahan Likupang, dengan sinergi antara teknologi modern dan kearifan lokal setempat. Kekuatan pendukungnya pun kuat, karena mencakup skala nasional dan internasional.
Jika semua potensi masalah lingkungan bisa dikelola dengan baik, maka akan ada potensi lain selain hasil laut dan bentang alam. Sampah pun akan jadi sangat bermanfaat, karena bisa diolah, misalnya menjadi produk daur ulang.
Dari sinilah, kelestarian lingkungan akan "naik kelas" menjadi satu keberlanjutan, yang dapat terus menghasilkan manfaat positif, baik bagi alam maupun manusianya.
Jalan menuju ke sana memang masih sangat panjang, tapi jika mau terus ditekuni, ini akan menjadi satu jalan, untuk membuat Likupang dikenal dunia. Pada saat itu, mungkin "Likupang, North Sulawesi" bisa berdiri sejajar dengan "Bali" sebagai salah satu nama tempat wisata populer dari Indonesia di mata dunia.
Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H