Soal aksesibilitas, wisatawan tak perlu kuatir, karena pemerintah terus membenahi sarana infrastruktur di Likupang. Untuk menjaring lebih banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri misalnya, pemerintah telah mengembangkan kapasitas Bandara Sam Ratulangi (Manado) sehingga bisa melayani lebih banyak penumpang.
Diluar pesona alamnya, Likupang punya makanan dengan rasa "spicy" yang khas, seperti Lalampa (ketan isi ikan cakalang), Milu Siram (sup jagung yang dicampur udang atau daging ikan), dan Cakalang Fufu (ikan cakalang asap).
Mengingat karakteristiknya yang banyak bergantung pada bentang alam dan hasil laut, wajar jika pemerintah mencanangkan konsep "sustainable tourism", dengan memberdayakan masyarakat setempat.
Sebagai medium promosi, Pemerintah daerah setempat telah mengadakan event "Likupang Tourism Festival" edisi perdana di Pantai Paal, Oktober 2021, dengan antara lain mengadakan lomba paralayang, lomba perahu hias, lomba masak ikan bakar, dan lomba berenang.
Dengan potensinya, Likupang memang bisa dioptimalkan sebagai destinasi wisata olahraga.
Bukit Pulisan misalnya, bisa dijadikan spot paralayang, dengan Pantai Pulisan sebagai tempat pendaratan. Kebetulan, lokasi dua tempat ini berdekatan.
Spot paralayang ini bisa dibuka secara rutin, bukan hanya saat event festival tahunan. Siapa tahu, Likupang bisa menjadi venue kejuaraan paralayang internasional.
Jika ingin mengembangkan potensi lewat olahraga air, Likupang bisa menjadi tempat menarik untuk olahraga ski air. Dengan karakter ombaknya yang relatif tenang, Likupang bisa menjadi spot menarik.
Potensi olahraga ini akan melengkapi daya tarik Likupang sebagai DSP, karena  bisa menarik lebih banyak wisatawan, dan memberdayakan masyarakat setempat.
Di sini, ada familiaritas yang bisa mulai dibangun. Kalau ingin mengoptimalkan potensi sebagai tempat wisata alam sekaligus olahraga, Likupang bisa menjadi seperti Mandalika yang dikenal karena punya potensi wisata alam dan olahraga, seperti sirkuit MotoGP.