Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sedikit Saran Soal Garuda Select

21 Februari 2022   17:14 Diperbarui: 22 Februari 2022   19:46 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia, supervisi agen asing telah terbukti membuahkan hasil, dengan Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman telah "go abroad" ke Slovakia (sebelumnya bermain di Polandia). Langkah keduanya lalu disusul Pratama Arhan yang berangkat ke Jepang.

Ketiganya sama-sama diageni oleh Dusan Bogdanovic (Serbia) yang memang mengenal potensi pemain muda Indonesia, karena pernah bermain di Indonesia. Inilah kunci yang bisa dijadikan kriteria utama, karena telah terbukti sukses.

Dengan pengelompokan berdasarkan agen ini, para pemain bisa lebih diarahkan dan punya mental tangguh, karena tidak berada di lingkungan homogen terlalu lama.

Dari sini masalah lama berupa "pemain titipan" bisa dikikis, karena ketangguhan mental dan kualitas lebih dikedepankan.

Masalah lingkungan homogen ini merupakan satu kelemahan terbesar program Garuda Select, karena justru akan membuat para pemain agak kesulitan saat dilepas sendirian.

Akibatnya, mereka kesulitan berkembang di klub dan ujung-ujungnya pulang ke Tanah Air setelah hanya dikontrak sebentar, atau hanya menjadi spesialis cadangan di klubnya.

Kebetulan, masalah ini baru saja terjadi pada Brylian Aldama (alumni Garuda Select) di Kroasia. Kontraknya di HNK Rijeka diputus lebih awal, setelah dirinya kedapatan mengeluh soal kurangnya pemberitaan media di Kroasia.

Pada masa lalu, ada Syamsir Alam, jebolan SAD Uruguay yang sempat mencicipi pengalaman di Penarol (Uruguay), DC United (Amerika Serikat), dan CS Vise (Belgia). Tapi, sekembalinya ke Indonesia, karier bermain keponakan jurnalis senior Karni Ilyas ini justru redup, karena jarang bermain.

Belajar dari kasus-kasus di atas, mental jelas menjadi satu aspek penting. Maka, jika ada seleksi pemain lagi, pemain dengan mentalitas kurang bagus perlu dicoret, sekalipun skillnya istimewa.

Dalam banyak kasus, pemain jenis ini sering bermasalah di belakang hari dan justru akan lebih cepat layu sebelum berkembang, karena tidak cukup tangguh menghadapi kesulitan.

Satu lagi, jika hasil "Garuda Select" masih stagnan, sebaiknya program ini ditiadakan saja. Buat apa "menyekolahkan" pemain muda Indonesia ke luar negeri, kalau hanya untuk dijadikan pemain di liga Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun