Dengan masa kontrak yang sebenarnya masih berlaku beberapa bulan lagi (jika tidak diputus) dan situasi cederanya, perlakuan klub yang mengorbitkan Andrej Kramaric (penyerang Timnas Kroasia di Piala Dunia 2018) ini mungkin cukup keras.
Maklum, pada saat bersamaan, David Maulana (pemain jebolan Garuda Select lainnya yang dikontrak Rijeka) dipastikan masih lanjut bermain di Pomorac.
Tapi, keputusan juara Liga Kroasia musim 2016/2017 ini sebenarnya logis, karena Brylian sempat mengeluhkan situasinya di Kroasia dalam tayangan podcast kanal YouTube KR TV, yang diupload tanggal 9 Februari 2022 (terlampir di akhir artikel ini).
Dalam acara yang digawangi Roy Ricardo dan ikut dihadiri Bagus Kahfi (Jong Utrecht) secara virtual, Brylian kedapatan mengeluhkan soal minimnya sorotan media dan keinginan pulang ke Indonesia.
Secara personal, keluhan eks pemain Timnas U-16 ini sebenarnya sah-sah saja, karena merupakan pandangan pribadi. Masalahnya, secara profesional ini tidak bisa dibenarkan. Apalagi, ini dinyatakan secara terbuka di media, saat dirinya masih berstatus pemain cadangan.
Jika ini dilakukan oleh pemain bintang, seperti pada kasus Romelu Lukaku (Chelsea) beberapa waktu lalu, sanksinya mungkin relatif ringan. Bisa denda atau peringatan, bukan pemutusan kontrak, karena perannya di tim memang penting, dan penyebab utamanya adalah miskomunikasi dengan pelatih.
Apalagi, Lukaku berstatus pemain termahal klub. Bisa repot urusannya kalau putus kontrak terlalu cepat. Sudah ongkosnya terlalu mahal, citra klub juga bisa rusak.
Tapi, jika perilaku itu dilakukan pemain cadangan, yang bahkan belum pernah bermain di tim utama klub induknya, tentu saja klub akan bertindak keras, karena belum apa-apa sudah berlagak seperti pemain bintang.
Inilah yang bisa berakibat fatal buat si pemain, tapi terlihat konyol dari luar, karena alasannya berkaitan dengan profesionalisme. Sayangnya, masalah-masalah seperti ini kadang tak disorot media kita. Seharusnya, media bisa lebih berimbang di sini.
Padahal, jika perspektif media kita bisa lebih berimbang, ini bisa jadi masukan buat PSSI (selaku pendukung program Garuda Select) dan pihak terkait, supaya bisa mengedukasi pemain seputar bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang pemain profesional.
Poin ini krusial, karena bisa menentukan keputusan klub peminat. Sebesar apapun potensinya, seorang pemain bisa langsung dicoret jika kurang profesional.