Pada babak pertama, Jota yang berdiri bebas luput dari perhatian pemain Leicester, dan mampu memanfaatkan bola muntah hasil sundulan Virgil Van Dijk, yang sukses ditepis Schmeichel. Tanpa kesulitan berarti, bola liar itu sukses diceploskannya ke gawang.
Liverpool pun unggul 1-0, dan berusaha menambah gol di babak kedua, tapi ketangguhan Schmeichel masih sulit ditembus. Di saat kebuntuan mulai membayang, Jota kembali mencetak gol di menit akhir babak kedua, setelah umpan terobosan Joel Matip sukses diselesaikannya menjadi gol.
Meski bukan dari bola muntah seperti di babak pertama, gol keduanya ini juga hadir berkat kejeliannya lolos dari penjagaan lawan dan strategi perangkap offside.
Dibanding personel lini depan Liverpool lainnya, Jota adalah tipe pemain yang agak unik. Ia cepat, tapi tak lihai menarik perhatian pemain belakang lawan seperti trio Firmino-Mane-Salah, atau Diaz . Posturnya pun tak terlalu tinggi.
Tapi, eks pemain FC Porto itu mampu memberikan warna lain di lini depan, berkat kecerdasan dalam menempatkan diri, pergerakan tanpa bola, dan mengakali jebakan offside.
Kemampuan ini tentu saja unik, karena mampu membuat lini depan Si Merah punya opsi lebih. Jadi, jika personel trio Firmino-Mane-Salah absen atau sedang melempem, ada Jota yang siap beraksi.
Di musim ini, Jota mendapat cukup banyak kesempatan bermain sebagai starter, termasuk di posisi "false nine", setelah Firmino beberapa kali absen karena cedera otot, ditambah absensi Mane dan Salah ke Piala Afrika.
Berbeda dengan sang Brasileiro yang cenderung mengambil posisi di belakang Mane dan Salah, pemain nomor punggung 20 ini biasa bermain sejajar atau berada di depan dua superstar Afrika itu.
Pola pergerakannya menjadi sulit diantisipasi, karena posisinya kadang maju-mundur, dan pergerakan tanpa bolanya terlihat kurang mencolok. Ini berbeda dengan Firmino, si stylish yang biasa memposisikan diri sebagai "pelayan" Mane dan Salah.
Sekilas, ini terlihat "mengacaukan" sistem gegenpressing ala Klopp, tapi "kekacauan" ini justru mampu menghadirkan rasa berbeda pada sistem gegenpressing yang sudah ada, dan membuat Jota bersinar.
Buktinya, pemain berusia 25 tahun ini sudah mencetak selusin gol di Liga Inggris. Jumlah ini hanya kalah dari Salah (16 gol) sang top skor sementara, dan mengungguli Mane (8 gol) yang baru saja meraih trofi Piala Afrika bersama Timnas Senegal.