Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Senegal, Sebuah Anomali

8 Februari 2022   08:37 Diperbarui: 8 Februari 2022   08:46 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal Timnas dari benua Afrika, ada satu fenomena yang cukup jamak, yakni gonta-ganti pelatih dalam jangka pendek.

Fenomena ini cukup sering terjadi, karena turnamen tingkat benua di sana dihelat tiap dua tahun sekali. Jadi, wajar kalau orientasinya cenderung jangka pendek: selesai turnamen, langsung ganti pelatih, kecuali kalau jadi juara.

Dari segi tekanan untuk berprestasi, rata-rata tim nasional di Benua Hitam punya tekanan sangat besar, karena hampir setiap tim di sana punya pemain yang bermain di luar negeri, dengan kualitas di atas rata-rata pemain liga lokal.

Tekanan ini semakin lengkap, karena ada harapan besar publik sepak bola nasional di tiap negara. Pilihannya simpel: menang atau pergi.

Karena orientasi jangka pendek inilah, tak banyak tim Afrika yang mampu konsisten berprestasi dalam waktu lama. Kalaupun bisa konsisten, itu lebih karena faktor keberadaan pemain bintang, bukan karena ada sistem atau filosofi permainan yang paten.

Sebagai contoh, saat Timnas Ghana dan Pantai Gading punya generasi spesial yang dimotori Michael Essien dan Didier Drogba, mereka biasa melaju jauh di Piala Afrika dan lolos ke Piala Dunia.

Begitu masa edar generasi Essien dan Drogba selesai, lunturlah kehebatan kedua tim.

Tapi, sebuah anomali muncul di Timnas Senegal. Tim yang baru saja meraih trofi Piala Afrika 2021 ini terbilang awet bersama Aliou Cisse, yang sudah melatih Tim Singa Teranga sejak tahun 2015.

Sosok kelahiran tahun 1976 ini menjadi satu anomali, karena merupakan pelatih lokal. Seperti diketahui, kebanyakan tim nasional di Afrika banyak memakai pelatih asing.

Meski begitu, rekam jejaknya tak sembarangan. Semasa bermain, sosok bergaya rambut ala Bob Marley ini adalah kapten Timnas Senegal kala menembus final Piala Afrika dan perempat final Piala Dunia 2002, di bawah arahan Bruno Metsu (1954-2013), pelatih asal Prancis.

Di level klub, Cisse juga pernah mencicipi kompetisi Liga Inggris dan Ligue 1 Prancis. Boleh dibilang, ia merupakan seorang legenda sepak bola nasional di Senegal, seperti halnya Henri Camara dan El Hadji Diouf.

Sebagai seorang pelatih, eks pemain PSG ini sudah lekat dengan Timnas Senegal. Sebelum menjadi pelatih kepala, jabatan pelatih Timnas U-23, pelatih interim, dan asisten pelatih sempat dipegangnya, antara tahun 2012-2015.

Selama periode ini, ia memoles pemain potensial macam Sadio Mane dan Cheikhou Kouyate di Timnas U-23.
Dengan pengalamannya ini, wajar jika FSF (PSSI-nya Senegal) menunjuknya sebagai pelatih timnas senior sepeninggal Alain Giresse (Prancis).

Di bawah komandonya, Senegal kembali disegani. Meski gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2018, performa Kalidou Koulibaly dkk tetap diapresiasi, karena mampu tampil baik, meski harus tersingkir akibat mengoleksi total jumlah kartu kuning lebih banyak dari Jepang, tim yang sebenarnya mengantongi poin dan catatan selisih gol sama persis.

Jika mengacu pada kebiasaan tim-tim Afrika pada umumnya, kegagalan di Rusia bisa menjadi alasan kuat untuk ganti pelatih. Tapi, FSF memilih tetap mempertahankan eks pemain Birmingham City itu sebagai pelatih.

Pertimbangannya, selain karena faktor performa di lapangan, keberadaannya sebagai sosok pelatih yang dekat dan disegani para pemain juga jadi pertimbangan.

Inilah satu kunci sukses Senegal di bawah komando Cisse. Bermodal materi pemain bintang yang mampu berpadu menjadi sebuah tim, prestasi lolos ke final Piala Afrika 2019 dan juara Piala Afrika 2021 menjadi rangkaian progres lain yang hadir, dari apa yang sudah dirintis sejak sedekade silam.

Progres ini bisa saja bertambah, jika mampu mengalahkan Mesir di play off kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Afrika, seperti yang mereka lakukan di final Piala Afrika 2021.

Meski terlihat seperti sebuah anomali, kisah Senegal dan Aliou Cisse sekali lagi menunjukkan, hasil yang baik berawal dari ketekunan untuk mau berproses. Tidak instan, tapi sekali berbuah mampu menghadirkan progres dan prestasi positif secara konsisten.

Di sisi lain, keberadaan Aliou Cisse sebagai pelatih lokal di Timnas Senegal sekali lagi menunjukkan, pos pelatih tim nasional bukan sebatas perkara "pelatih lokal atau asing".

Ini murni soal kemampuan membangun tim yang kompak. Entah lokal atau bukan, selama tim itu bisa terus berprogres, selama itu juga sang pelatih layak untuk dipertahankan.

Ngomong-ngomong, Selamat, Senegal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun