Bagaimanapun, para pemain tetap butuh hiburan di tengah padatnya jadwal kompetisi. Piknik juga jadi pilihan normal.karens kompetisi dimainkan di pulau destinasi wisata populer dunia.
Sayang, belum adanya aturan tegas soal pembatasan kunjungan turis asing oleh pemerintah, dan sistem "bubble" yang diterapkan di Liga 1, telah membuat klub kelimpungan menghadapi lonjakan kasus Omicron.
Kalau sudah begini, seharusnya penerapan prokes bisa diperketat, dan aturan sistem "bubble" yang diterapkan juga diperjelas. Masa iya, pemain bebas piknik tapi malah terpapar virus, di mana aturan "bubble" nya?
Memang, situasi ini membuat sebagian pihak menyarankan, kompetisi di-stop dulu, setidaknya sampai Omicron reda.
Tapi, menyetop kompetisi (lagi) karena pandemi bisa membuat kita semakin tertinggal, karena negara-negara lain sudah bisa menangani masalah ini, tanpa harus menghentikan kompetisi, karena kompetisi adalah kontributor utama buat tim nasional.
Tanpa adanya kompetisi, kemajuan yang sejauh ini sudah dicapai Timnas Indonesia bisa mubazir. Kompetisi bergulir saja masih ada masalah di sana-sini, apalagi kalau tidak ada.
Seharusnya, PSSI dan semua pihak terkait bisa menjadikan kiprah Timnas Indonesia Putri di Piala Asia 2022 sebagai contoh fatal
Akibat tidak adanya kompetisi sejak dua tahun terakhir, Zahra Musdalifah dkk terpaksa jadi bulan-bulanan lawan. Dari tiga pertandingan yang dimainkan, mereka kebobolan 28 gol tanpa mencetak satu gol pun.
Tentunya, kita tidak mau kisah tragis di India itu terulang dalam waktu dekat.
Maka, PSSI dan PT LIB harus segera ambil tindakan setelah seri pertandingan di Bali selesai. Misalnya, dengan menggelar seri berikutnya di  Kalimantan
Bisa juga dihelat di pulau besar lain di Indonesia, yang jumlah kasus Omicron-nya tidak setinggi Jawa-Bali, dan bukan merupakan destinasi wisata populer di mata turis asing.