Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Melihat Masalah di Lini Depan Timnas Indonesia

29 Januari 2022   22:43 Diperbarui: 31 Januari 2022   01:20 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronaldo Kwateh, penyerang muda Timnas Indonesia (Kompas.com)

Sejak Piala AFF 2020 lalu, pembicaraan soal masalah di lini depan, khususnya pos penyerang tengah Timnas Indonesia terus mengemuka. Banyak yang menyebut, Timnas Indonesia belum punya lagi sosok penyerang tengah andal sepeninggal Boaz Solossa.

Dari sembilan pertandingan terakhir, termasuk pertandingan melawan Timor Leste, 27 Januari 2022 lalu, dari 24 gol yang sudah dicetak Evan Dimas dkk, hanya dua gol tercipta dari pos penyerang tengah, yakni lewat kontribusi Ezra Walian.

Sisanya, hanya satu assist hadir dari Ronaldo Kwateh, selebihnya,kering. Tak heran, kinerja Tim Garuda dianggap masih belum meyakinkan di pos ujung tombak.

Jika melihat dari asumsi yang muncul dari publik sepak bola nasional, maka kita bisa melihat, tipe penyerang yang diharapkan adalah tipe pemain nomor 9 murni yang oportunis alias "finisher" seperti Robert Lewandowski.

Masalahnya, dalam tren sepak bola kekinian, keberadaan pemain jenis ini mulai langka, karena berseminya peran "false nine" alias "nomor 9 palsu" dan "inverted winger", atau pemain sayap yang menusuk ke dalam kotak penalti, sebelum akhirnya mencetak gol.

Kedua peran ini belakangan sama-sama menggeser peran "target man" dan "finisher". Salah satu contoh kombinasi dua peran ini yang cukup terkenal adalah trisula Firmino-Mane-Salah milik Liverpool.

Dari ketiganya, tak ada satupun yang merupakan "pemain nomor 9" tulen. Mane adalah sayap kiri berkaki kanan, Salah dikenal sebagai sayap kanan kidal, sementara Firmino biasa bertugas di belakang striker.

Ketiganya biasa menjadi trio andalan di lini depan Liverpool, dengan kombinasi peran sederhana. Firmino membuka ruang, sementara Salah dan Mane mengiris dari kedua sisi sayap dengan kecepatan tinggi.

Hasilnya?

Mane dan Salah sama-sama pernah menjadi menjadi top skor Liga Inggris dan pemain terbaik Afrika, meski bukan penyerang tengah. Pujian tetap datang, meski formasi andalan Liverpool ala Juergen Klopp termasuk formasi tanpa penyerang murni.

Pandangannya simpel, yang penting tim bisa konsisten mencetak gol, dan mendapat hasil positif.

Formasi tanpa striker murni juga sukses diterapkan Pep Guardiola di Manchester City. Meski ditinggal Sergio Aguero musim panas lalu, City tetap mampu tampil trengginas dan melaju kencang di Liga Inggris.

Pep Guardiola sendiri dikenal sebagai sosok yang memperkenalkan peran "false nine" alias "nomor 9 palsu" di Barcelona, dengan Lionel Messi sebagai bintangnya.

Untuk contoh "pemain nomor 9" bertipikal "target man" yang masih eksis, kita bisa melihat Olivier Giroud sebagai contoh sukses. Di Piala Dunia 2018, pemain AC Milan ini memang tak pernah mencetak gol.

Tapi, keandalannya dalam membuka ruang bagi Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann membuat perannya krusial. Berkat ruang terbuka yang dibuatnya, Mbappe dan Griezmann mampu menjadi motor serangan Les Bleus kala berjaya di Rusia. Keduanya sama-sama moncer dalam mencetak gol dan assist, sekalipun bukan "pemain nomor 9" tulen.

Kalau melihat statistik gol Giroud di Rusia, mungkin orang akan melihatnya sebagai "penyerang yang melempem", tapi jika melihat dampaknya buat tim dan perannya secara taktis, Giroud adalah pemain yang sukses menjadi seorang "target man". Bahkan, muncul istilah peran "penyerang defensif" berkat penampilan bagus Giroud di Rusia.

Cerita sukses trio Firmino-Mane-Salah, Manchester City, dan Giroud bisa hadir, karena Timnas Prancis dan Liverpool punya sistem bermain yang jelas, dengan cara pandang cukup simpel soal "pemain nomor 9": sekalipun tidak rutin mencetak gol, keberadaan mereka bisa membuat pemain lain mampu leluasa membuat gol.

Dua kasus ini, seharusnya bisa menjadi contoh yang bisa ditiru Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.

Opsinya simpel: jika mau bermain dalam tempo cepat dengan pressing ketat, maka, pelatih asal Korea Selatan itu tinggal mencari pemain cepat yang mampu membuka ruang tembak buat rekan-rekannya.

Jika mau bermain dalam tempo lambat atau sedang, maka, eks pelatih Timnas Korea Selatan itu tinggal mencari penyerang yang unggul secara postur, atau setidaknya pintar dalam menarik perhatian bek lawan.

Tidak perlu ada beban untuk rutin mencetak gol, yang penting aliran gol tim tetap lancar. Sederhana saja.

Maka, untuk saat ini, kita seharusnya tak perlu ribet memikirkan, mengapa penyerang tengah Timnas Indonesia masih majal. Kita hanya perlu membiarkan Shin Tae-yong membangun sistem taktiknya dengan leluasa, supaya tim bisa semakin kuat.

Menjamurnya penyerang asing di Liga Indonesia memang membuat jumlah penyerang lokal berkualitas jadi sedikit. Ini adalah satu masalah yang sebenarnya sudah cukup lama eksis.

Tapi, daripada terus mempersoalkan itu tanpa ada solusi, ada baiknya kita mulai melihat, bagaimana cara menyiasatinya, sambil beradaptasi dengan tren taktik kekinian yang cenderung tanpa "penyerang murni" oportunis, supaya strategi tim bisa tetap adaptif dan tidak ketinggalan zaman.

Dengan melimpahnya pemain sayap di Indonesia, kita bisa menjadikan masalah ini sebagai peluang. Siapa tahu, ada pemain yang ternyata cukup piawai berperan sebagai "penyerang palsu".

Klasiknya, seorang penyerang memang bertugas sebagai pencetak gol, tapi di era sepak bola modern yang begitu dinamis, peran itu tak lagi terbatas di satu-dua aspek, karena kerja sama tim menjadi kunci.

Selama bisa konsisten berkontribusi positif buat tim, apapun bentuknya, selama itu juga seorang pemain layak diandalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun