Di luar, aneka macam suara bising ada, bahkan sejak matahari masih belum bangun. Mereka selalu tampak tumpang tindih, seperti sedang berebut masuk ke dalam lubang telinga yang kecil.
Padahal, kalau telinga bisa memilih, mereka pasti akan menolak mentah-mentah. Ada yang memekakkan telinga, ada yang sumbang, ada yang membuat was-was, ada juga yang membuat jengkel.
Semua itu menjadi racun buat pikiran. Ironisnya, ini semua datang, di tempat yang konon katanya nyaman, sebelum modernitas membuatnya berhenti nyaman.
Aku sadar, aku masih belum pulih dari luka akibat menghadapi semua masa sulit sendirian. Rasa sakit karena ditinggalkan juga masih terasa. Rasanya seperti ditusuk-tusuk dari berbagai arah, dan diminumi racun.
Aku menyadarinya, dari secangkir kopi hitam yang kuminum tiap hari. Dengan aroma dan krema nya, dia selalu sukses mendatangkan rasa kantuk yang membebaskan. Dia tahu persis, aku lelah dan butuh tidur.
Aku tak tahu, akan butuh waktu berapa lama sampai benar-benar pulih lagi. Itu hanya soal waktu. Semua hanya perlu kuikuti saat ini, karena saat sudah pulih nanti, ada yang sudah menungguku dengan penuh harap, seperti menunggu raksasa bangun dari tidurnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H