Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Tarik Ulur Kontrak Baru Mohamed Salah

17 Januari 2022   17:27 Diperbarui: 19 Januari 2022   16:41 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamed Salah, bintang Liverpool asal Mesir (Express.co.uk)

Dalam dunia sepak bola profesional, performa bagus seorang pemain bisa membuatnya diganjar penghargaan individu, popularitas, dan perpanjangan kontrak di klubnya.

Untuk yang disebut terakhir, perpanjangan kontrak biasanya diikuti dengan kenaikan gaji plus bonus. Ada yang prosesnya lancar, ada juga yang tarik ulur, bahkan buntu karena tak ada kesepakatan yang dicapai.

Salah satu pemain bintang, yang belakangan menjadi sorotan karena performa bagus di lapangan dan masalah tarik ulur perpanjangan kontraknya adalah Mohamed Salah.

Di musim ini, Salah memang sedang ganas, karena sudah mencetak lebih dari 20 gol buat Liverpool, saat kompetisi baru setengah jalan. Dengan kontraknya yang kedaluwarsa pada tahun 2023, perpanjangan kontrak menjadi satu opsi langkah logis.

Masalahnya, negosiasi perpanjangan kontrak bintang Timnas Mesir ini mengalami tarik ulur, karena gaji yang diminta si pemain dinilai terlalu besar, yakni di kisaran 400 ribu pounds per pekan, atau setara dengan gaji Kevin De Bruyne di Manchester City. Termahal kedua setelah Cristiano Ronaldo di Manchester United (500 ribu pounds per pekan).

Angka ini dua kali lipat dari gaji Salah dikontraknya sekarang (200 ribu pounds sepekan), dan tentu saja diluar jangkauan Liverpool yang memang menerapkan batasan dan struktur tegas soal gaji. Jika tak sepakat, maka hengkang adalah pilihan.

Pada musim panas 2015 lalu, Si Merah pernah berada dalam situasi seperti ini, saat Raheem Sterling meminta kenaikan gaji signifikan. Pemain Timnas Inggris itu akhirnya dijual ke Manchester City dengan total ongkos 49 juta pounds, karena permintaan gajinya di luar jangkauan klub.

Kasus serupa juga terjadi pada Giorginio Wijnaldum, yang akhirnya dilepas gratis ke PSG musim panas 2021, segera setelah kontraknya kedaluwarsa.

Sebagai informasi, angka gaji tertinggi klub saat ini dipegang oleh Virgil Van Dijk (220 ribu pounds per pekan, dengan masa kontrak sampai tahun 2025). Selebihnya, pemain-pemain kunci seperti Jordan Henderson, dan Trent Alexander-Arnold menerima gaji per pekan di kisaran 150-180 ribu pounds.

Mohamed Salah, bintang Liverpool asal Mesir (Express.co.uk)
Mohamed Salah, bintang Liverpool asal Mesir (Express.co.uk)

Berbeda dengan Salah, tanpa banyak berita, Van Dijk dkk mendapat perpanjangan kontrak dengan durasi 4 tahun pada musim panas 2021.

Selain mereka, ada juga Fabinho dan Andy Robertson (kontrak diperpanjang 5 tahun) dan Alisson Becker (kontrak diperpanjang 6 tahun) yang kontraknya diperpanjang dengan kisaran angka gaji kurang lebih sama.

Mungkin, langkah FSG selaku pemilik klub soal Salah kali ini terlihat "pelit". Tapi, sebagai sebuah institusi yang bergerak di bidang manajemen olahraga, mereka justru menunjukkan cara berpikir yang waras.

Meski Salah berhak mendapat kenaikan gaji dikontrak barunya, bukan berarti klub bisa dengan enaknya menjebol struktur gaji saat ini, karena itu bisa menimbulkan masalah keuangan serius di masa depan. Hal itu semakin rawan, terutama di masa pandemi seperti sekarang.

Contoh paling nyata bisa kita lihat dari apa yang terjadi di Barcelona akhir-akhir ini. Sebelum pandemi, The Catalans menjadi satu klub yang berani memberikan gaji besar, tanpa ada struktur gaji yang tegas. Setelah pandemi datang, gaji besar ini justru jadi masalah besar, karena membuat kondisi keuangan klub jadi babak belur.

Alhasil, terjadi pemotongan gaji besar-besaran di klub rival abadi Real Madrid. Tak cukup sampai disitu, mereka juga harus rela berpisah dengan Lionel Messi, karena tak sanggup membayar gajinya, sekalipun sang bintang sudah bersedia hanya mendapat separuh dari angka biasanya.

Di bursa transfer musim dingin, krisis keuangan di Nou Camp juga sempat membuat mereka tak bisa mendaftarkan Ferran Torres yang diboyong dari Manchester City. 

Mereka baru bisa mendaftarkan Torres, setelah memperpanjang kontrak Samuel Umtiti (dengan pemotongan gaji cukup besar), meminjamkan Phillippe Coutinho ke Aston Villa, dan mengembalikan Yusuf Demir (pemain pinjaman asal Austria) ke klub asalnya.

Ruwet sekali.

Berhubung Liverpool bukan Manchester City, Chelsea atau PSG, yang uangnya "tak punya nomor seri", mereka jelas harus tegas soal struktur gaji. Jika tidak, mereka bisa kolaps seperti Barcelona.

Jangan lupa, dengan struktur gaji saat ini saja, manajemen The Kop punya beban anggaran gaji 139 juta pounds per tahun, salah satu yang tertinggi di Liga Inggris. Jumlah ini bisa bertambah sekitar 10,4 juta pounds, jika permintaan "naik gaji" Salah dituruti.

Beban ini masih belum termasuk proyek pembangunan training center baru sebesar 50 juta pounds (selesai tahun lalu) plus penambahan kapasitas tribun Anfield Road End yang memakan biaya 60 juta pounds (selesai tahun depan).

Sebelumnya, FSG menggelontorkan dana 110 juta pounds, untuk memperluas kapasitas tribun Main Stand pada tahun 2017. Dari sini terlihat, FSG yang belakangan "pelit" berbelanja pemain baru memang sedang fokus menata soliditas internal tim, dan membangun (atau memperbarui) infrastruktur yang ada.

Mereka lebih berorientasi jangka panjang, supaya kondisi internal dan keuangan klub bisa tetap sehat dalam jangka panjang, dengan fondasi yang paten. Jika kondisi keuangannya sehat, klub bisa tetap kompetitif.

Inilah alasan, kenapa manajemen klub masih enggan menuruti keinginan Salah, yang membuat situasi pemain kidal ini jadi serba salah. Situasi ini juga berpotensi dialami Sadio Mane dan Roberto Firmino yang kontraknya juga akan kedaluwarsa pada tahun 2023.

Memang, FSG mungkin akan mengambil keputusan kurang populer, jika akhirnya harus merelakan trio Firmino-Mane-Salah pergi, entah dijual atau dilepas gratis, seperti pada kasus Sterling dan Wijnaldum dulu.

Tapi, pandangan mereka jelas dan tegas: tak ada pemain yang lebih besar dari klub, dan jangan sampai ulah satu-dua orang merusak tim secara keseluruhan.

Mungkin, kita akan melihat wajah baru di skema trisula ala Juergen Klopp dalam waktu dekat, jika negosiasi kontrak Salah tetap buntu.

Menarik ditunggu, bagaimana drama tarik ulur ini berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun