Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia, Setelah Piala AFF 2020 Usai

2 Januari 2022   09:40 Diperbarui: 2 Januari 2022   09:48 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali menjadi juara dua. Begitulah akhir perjalanan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2020. Di partai puncak, Tim Garuda harus mengakui keunggulan Thailand, setelah kalah agregat 2-6.

Capaian sebagai finalis ini menjadi yang keenam kalinya, sepanjang sejarah keikutsertaan di Piala AFF. Sebuah rekor yang tentunya memperpanjang rasa penasaran publik sepak bola nasional.

Meski begitu, capaian ini terlihat menjanjikan. Maklum Evan Dimas dkk datang ke Singapura sebagai tim yang agak diremehkan lawan, karena didominasi pemain muda minim pengalaman di Timnas Indonesia senior.

Tim asuhan Shin Tae-yong ini juga baru terbentuk (secara efektif) selama setahun, sehubungan dengan vakumnya sepak bola nasional selama kurang lebih setahun, akibat imbas pandemi.

Karenanya, wajar jika PSSI kali ini tak memasang target muluk. Lolos ke semifinal saja sudah bagus. Berhubung ternyata lolos ke final, seharusnya itu adalah satu bonus, jadi bukan suatu kegagalan.

Meski tak membawa pulang trofi Piala AFF, Timnas Indonesia kali ini menawarkan prospek masa depan yang menarik. Terbukti, Pratama Arhan terpilih sebagai Pemain Muda Terbaik Piala AFF 2020, dan Timnas Indonesia mendapat penghargaan Fair Play.

Dari sini saja, sudah cukup terlihat, seberapa bagus hasil polesan Shin Tae-yong, meski secara efektif belum lama bertugas melatih Timnas Indonesia. Sebuah modal positif menuju Kualifikasi Piala Asia 2023, pada pertengahan tahun 2022.

Jika PSSI bisa berpikir waras, seharusnya posisi pelatih asal Korea Selatan itu aman, karena sudah menampilkan hasil kerja bagus, sekalipun dalam kondisi tidak ideal.

Dengan perkembangan yang belakangan terjadi di negara-negara Asia Tenggara, sudah bukan waktunya lagi PSSI bongkar pasang pelatih semaunya. Kecuali, kualitas sistem tata kelola sepak bola nasional sudah kelas dunia.

Ini penting, karena negara sekelas Kamboja saja sudah mulai berkembang, karena terus berproses di bawah komando Keisuke Honda, manajer tim yang juga eks pemain Timnas Jepang dan AC Milan.

Maka, sudah seharusnya Shin Tae-yong dipertahankan, dan diberi dukungan lebih baik. Jika tidak, Timnas Indonesia bisa semakin tertinggal, karena terlalu sibuk bongkar pasang pelatih, tanpa punya sistem yang jelas.

Di sisi lain, performa bagus para pemain muda Tim Garuda di Piala AFF 2020 bisa menjadi jalan bagi mereka, untuk berani bermain di luar negeri. Seperti diketahui, turnamen seperti Piala AFF biasanya menjadi tempat pencari bakat klub-klub Thailand, Korea Selatan atau Jepang,, untuk meneropong talenta potensial dari Asia Tenggara.

Dengan segala hormat, berhubung Liga Indonesia masih bermasalah di sana-sini, bermain di luar negeri bisa menjadi alternatif ideal, bagi pemain muda Timnas Indonesia untuk mengembangkan kemampuan.

Minimal, jika tak rutin dimainkan seperti Egy Maulana Vikri di FK Senica (Slovakia), atau Asnawi Mangkualam di Ansan Greeners (Korea Selatan), si pemain bisa punya keterampilan dan pemahaman taktik lebih baik dari sesi latihan rutin, seperti dimiliki Witan Sulaeman.

Pemain lincah ini terbukti mampu tampil bagus di Piala AFF 2020, meski belum pernah main di tim utama Lechia Gdansk (Polandia).

Modal pengalaman dan kemampuan ini nantinya bisa membuat Timnas Indonesia lebih kuat. Selama para pemain muda Timnas Indonesia tak terjebak di zona nyaman, mereka bisa memanfaatkan momentum ini untuk lebih berkembang.

Di sisi lain, capaian di Piala AFF 2020 juga bisa menjadi momentum buat PSSI, untuk lebih serius berbenah di semua aspek. Jika tata kelola sepak bola nasional sudah bagus, bahkan sejak level usia dini, Timnas Indonesia akan punya tim yang solid, dengan kualitas pemain inti dan cadangan sama baik.

Jadi, sekalipun ada pemain inti yang absen, misalnya karena akumulasi kartu kuning, seperti pada kasus Pratama Arhan di final Piala AFF leg pertama lalu, Timnas Indonesia tetap solid.

Tak lupa, Piala AFF 2020 seharusnya bisa menjadi pengalaman berikutnya buat publik sepak bola nasional, untuk tak mudah larut dalam euforia. Supaya, apapun hasilnya, semua bisa diterima dengan baik.

Apa yang ditampilkan Timnas Indonesia di Singapura memang terlihat menjanjikan, tapi harus ada keberlanjutan di sini, supaya prospek cerah yang terlihat sekarang bisa terus berkembang, baik secara kemampuan maupun mental.

Dengan demikian, Timnas Indonesia di masa depan bukan hanya punya tim berisikan pemain berkemampuan individu bagus, tapi juga punya mental tangguh, karena kegagalan meraih trofi Piala AFF 2020 sudah membuat mereka "terlatih patah hati".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun