Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesepian, Kemajuan Teknologi, dan Interaksi

16 Desember 2021   22:07 Diperbarui: 16 Desember 2021   22:12 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Grid.id)

Tapi, tindakan ini membawa satu konsekuensi berupa rasa "kesepian". Apa yang seharusnya perlu dikatakan jadi disimpan rapat-rapat, sebelum akhirnya jadi bom waktu yang meledak.

Karenanya, setiap kali ada teman yang mau bercerita, tentang apa yang selama ini dia pendam, saya akan membiarkannya berbicara sampai tuntas, seperti kaset pita. Ini penting, karena jika curhat tidak tersampaikan dengan tuntas, tentu akan terasa menjengkelkan.

Jangan lupa, untuk bisa curhat saja, selalu dibutuhkan keberanian besar. Mereka layak didengar, karena sudah berani jujur soal dirinya sendiri, dan bisa mendengar hal-hal seperti ini adalah satu kehormatan.

Pada awalnya, mungkin akan mengagetkan, tapi jika kita mau mendengarkan dan memahami sudut pandang mereka, semuanya jadi terasa wajar. Dari sini, kita bisa saling bertukar posisi saat diperlukan, karena sudah saling memahami.

Memang, ada kalanya saya curhat lewat tulisan, sebagai satu terapi psikologi. Hanya saja, saya kadang masih harus berhati-hati, terutama jika masalahnya menyerempet hal-hal sensitif, seperti sudut pandang saya sebagai seorang penyandang disabilitas.

Karenanya, saya kadang berdiskusi dulu dengan mereka yang lebih berpengalaman dalam "berbicara kritis" sebelum menuliskannya.

Kemajuan teknologi memang memudahkan banyak hal. Tapi, ia terlihat seperti pedang bermata dua, karena pada saat bersamaan juga bisa mendorong orang untuk memilih berteman dengan rasa sepi, meski harus merasa kesepian.

Inilah yang membuat saya kurang setuju dengan frasa "karena wanita ingin dimengerti" untuk konteks situasi kesepian. Masalah kesepian ini bukan hanya dialami para wanita, tapi manusia secara umum. Apalagi, dalam situasi seperti sekarang.

Maka, disinilah "kehadiran" dan "kesediaan untuk mendengar dan didengar" menjadi hal yang sangat berharga dalam menghadapi kesepian. Karena manusia ingin dimengerti dan dimanusiakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun